ZoukOut '05
Wednesday, June 29, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published on Spice! Magazine - January 2006

Event ini sudah diselenggarakan selama 3 tahun berturut-turut dan masih menjadi magnet bagi clubbers mancanegara. ZoukOut '05 adalah event paling happening buat para party-goers di Asia Tenggara yang pantang untuk dilewatkan. It's not just a hip scene to party, it's also an event to see and be seen.

Mengambil lokasi di Siloso Beach, Singapore, ZoukOut '05  hadir dengan empat stage yang menjadi arena kepiawaian para DJ -internasional maupun lokal- dan musisi rock setempat Tahun ini ZoukOut '05 dipadati tak kurang 30,000 pengunjung yang asyik menikmati dentuman musik dansa dengan  Armin van Buuren, Nick Warren, Sven Vath, Chus & Cheballos serta Lil Louis Vega di belakang DJ booth panggung utama. Resident DJ Zouk Club seperti Aldrin, Tony Tay, Sonny dan Jeremy Boon turut menggoyang dua stage lainnya. Tidak mau kalah dengan dancing-scene, satu panggung khusus live rock diperuntukkan bagi band lokal seperti Electrico, Ronin, Concave Scream dan Tiramisu.
Kenyamanan pengunjung ZoukOut'05 didukung oleh fasilitas seperti booth tattoo, swinging trampolines dan tenda shisha selain gerai makanan dan minuman. Beberapa hampers dan tempat duduk disediakan bagi mereka yang perlu beristirahat. Mata juga dimanjakan oleh para pengunjung pemakai bikini, boxer maupun kostum pantai yang hip and sexy. Siapapun pastinya terhibur menikmati good music bersound system kelas dunia di pantai berpasir putih dan crowds yang oke punya.

Dengan tiket seharga $28-48, ZoukOut'05 wajib dihadiri mereka yang sanggup berpesta dari jam 8 sore hingga pukul 8 pagi. Bahkan party-goers dari Indonesia pun tak kalah banyaknya. Beberapa memutuskan untuk check-in di Shangri-La Rasa Sentosa, cukup 3 menit berjalan dari venue. Bagi yang datang tidak menginap di Pulau Sentosa, panitia menyediakan transportasi berupa coach bus gratis pulang pergi dari Harbour Front MRT. Dengan kemudahan seperti ini, sukar menolak godaan untuk tidak datang di cara keluar malam tahunan ini. Really honey, it's a time to loosen up, wear your tankini, zip your martini and get wild till dawn!


Zouk
Alamat : 17 Jiak Kim Street, Singapore 169420
Club : Zouk, Phuture, Velvet Underground, Wine Bar
Website : http://www.zoukclub.com/


Dinosaur Jr - part of Mozaic Music Festival spread
by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published onTrax Magazine - April 2011
Dinosaur Jr., trio punk legendaris asal Amherst, Amerika, adalah salah satu grup yang kehadirannya dinanti oleh publik Singapura. Bertempat di Esplanade Theatre Hall, konser yang mereka sajikan pada tanggal 16 Maret dihadiri sektar 700 pengunjung, yang kebanyakan berusia 30an. Tidak banyak memang dibandingkan dengan Kings of Convenience, tapi para fans hardcore J Mascis, Lou Barlow dan Murph. sangat antusias dengan pertunjukan yang disajikan. Hanya dengan beberapa petikan gitar Mascis, sebagian besar penonton merangsek ke bibir panggung. Pertunjukan yang sedianya adalah seating berubah menjadi stand up concert, sebuah kejadian yang tidak lazim di Singapura apalagi di Esplanade. Jika tidak dicegah oleh keamanan, yakinlah venue formal dan megah ini akan berubah menjadi mosh pit dan ajang slam dance karena 2 orang yang mencobanya segera ditarik oleh bouncer Dinosaur Jr.
Dibuka dengan Thumb-Been There-Imagination Blind , konser dimulai tepat jam 8.15 malam. Audience dimanjakan dengan lick heavy distortion gitar khas Mascis, yang malam itu sepertinya sibuk dengan tuning-retuning Fender Jazzmaster sunburst-nya untuk mendapatkan sound yang sempurna. Walaupun tidak terlalu akrab dengan audience (dengan komentar singkat 'Who is that guy?' saat seorang pemuda Melayu gondrong memanjat ke atas panggung), Mascis berhasil membuat penonton terpana dengan suara beratnya yang mirip Adam Durwitz dari Counting Crows. Tidak hanya itu, Murph pun sibuk mondar mandir ke balik panggung karena setelan drumnya yang kurang pas diawal 5 lagu. Agaknya Lou Barlow saja yang ramah berinteraksi dengan penonton, mulai dari pertengahan pertunjukan. Suaranya yang lebih harmonius mengimbangi Mascis walaupun caranya memainkan bass lebih seperti sedang memainkan gitar. Barlow tampil memikat dan charming, walaupun terlihat tensius dengan Mascis di panggung.
Setelah digoda dengan Get Me-Pieces-Plans, akhirnya penonton dihentak dengan Feel The Pain yang membuat Theater Esplanade hampir meledak. Sementara pembawaan Dinosaur Jr. begitu kalem dan tenang secara keseluruhan, tidak mengurangi kualitas speed metal sound yang mereka hasilkan. Mascis yang gayanya mirip Gandalf si penyihir, begitu fokus memainkan solo-part nya yang agresif tanpa banyak basa-basi. Selain itu mereka juga memainkan Over It-Back to Heart- Raisins-Freak Scene dan Forget The Swan. Sebagian besar lagu yang mereka mainkan memang dari album 'Farm' yang dirilis tahun 2009 oleh Jagjaguwar, sebuah indie label asal Bloomington, Indiana. Album terakhir ini versi Eropa nya sempat ditarik karena terlalu kuat 3 desibel. Mungkin ini pula mengapa para pengunjung diberikan ear-buffer sebelum konser dimulai, ritual yang juga terjadi pada pertunjukan Mogwai tahun 2007.
Barlow sempat menawarkan beberapa lagu untuk encore, namun tetap memainkan Budge dan Just Like Heaven, versi cover dari The Cure yang lebih cadas. Pertunjukan dengan durasi satu setengah jam tersebut ditutup dengan sesi autograph setelah konser, sebuah keniscayaan bagi band yang tampil di Mosaic.

The Lion King : A Heartwarming Musical
Tuesday, June 28, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published on Good Housekeeping Indonesia - July 2011
“in the jungle the mighty jungle, the lion sleeps tonight…”

            Lagu jenaka tersebut pasti tak asing lagi bagi anda dan anak-anak anda. The Lion King salah satu produksi terfavorit Disney karena memiliki kisah yang lucu, mengharukan sekaligus sarat nilai moral. Kini, anda dapat menyaksikan pertunjukkan musikalnya di panggung teater Marina Bay Sands selama 2 bulan ini. Diangkat dari sebuah film kartun klasik yang dirilis tahun 1994, The Lion King mulai dipentaskan di panggung Broadway tahun 1997.
            Di panggung pementasan dunia, The Lion King tak kalah dahsyat karena memenangkan Tony Awards tahun 1998 dan Grammy Award untuk Album Musikal Terbaik tahun 1999. The Lion King sudah dimainkan di 70 negara dan dialihbahasakan dalam bahasa Jerman, Jepang, PeranGHs, Belanda dan Korea. Untuk showcase di Singapura, para pemain sudah berlatih sejak January 2011 untuk pementasan dari Maret 2011- May 2011. Berbekal pemain teater multinasional yang berasal dari Afrika Selatan, Amerika, Selandia Baru, Filipina, Taiwan, Kanada, Brazil dan beberapa negara Eropa, The Lion King bertekad untuk menghadirkan pertunjukan kelas dunia bagi para penontonnya.
            Dibuka dengan aksi ekstravagansa dari penari-penari dengan kostum binatang belantara Afrika yang berhamburan dari selasar teater, The Lion King berhasil menyuguhkan aksi yang teatrikal, kolosal dengan kostum modern kontemporer. 13 penyanyi dan 2 set perkusi memperkuat pertunjukan ini. Bunyi-bunyian bongo, konga, berimbau dan timpani makin memperkaya sisi musiknya.
             Kostum khusus  dan  topeng yang desainnya mengikuti alur badan para pemain, membuat mimik tokoh singa, lemur, serigala dan babi hutan dalam kisah ini makin hidup. Dialognya pun sangat jenaka dengan memasukkan sedikit unsur lokal seperti dialek Hokkian atau India. Anak-anak anda pasti juga terhibur karena selain ceritanya yang indah, penyampaiannya pun menyenangkan dan pesan moral yang diberikan cukup mudah untuk dicerna.            
             Pertunjukan ini berlangsung selama 3 jam dengan waktu reses 20 menit. Sampai saat ini, The Lion King adalah pertunjukan musikal dengan penayangan terlama di Singapura. Rata-rata pertunjukan musikal hanya berlangsung selama 2-4 minggu, sedangkan The Lion King berlangsung sejak Maret – Mei 2011, dengan rencana perpanjangan tayang hingga Agustus.
             Untuk menyaksikan The Lion King, anda dapat memesannya dari Sistic Ticketing (www.sistic.com.sg) atau Marina Bay Sands (http://thelionking.com.sg/buy-tickets/) untuk membeli tiket pertunjukan maupun paket menginap di hotel bernuansa resort terbaik di Singapura ini. Harga karcis pertunjukan berkisar dari  65-245 SGD dan dimainkan dari Selasa hingga Minggu sebanyak 8 kali (Selasa – Minggu jam 8 malam, extra show pada Sabtu & Minggu jam 2 siang). Jangan lewatkan sajian musikal yang tak hanya sangat menghibur bagi seluruh keluarga anda, tapi juga sarat dengan edukasi.

Box Interview
Jonathan Hume & Puleng March : Simba & Nala
Pemeran Simba (Jonathan Hume) dan Nala (Puleng March) kelihatan sangat antusias dengan produksi pertama mereka di Asia. Keduanya sudah 2 kali terlibat dalam pertunjukan The Lion King namun inilah kali pertama mereka menjadi leading role. Jonathan, pria berkebangsaan Inggris, dan Puleng, wanita berkebangsaan Afrika Selatan berkenan membagi kisah mereka dengan Good Housekeeping dalam wawancara 30 menit.
               Good Housekeeping (GH): bagaimana kalian diaudisi dan mendalami peran ini?

Jonathan Hume (JH): proses audisi berlangsung setahun sebelum produksi. Saya pernah terlibat pementasan The Lion King di London tahun 2001. Tapi produksi kali ini berbeda dan sutradara panggung kami, John Stefaniuk, menginginkan kami start fresh, sehingga peran Simba saya pelajari ulang tanpa terpengaruh pementasan sebelumnya.
Puleng March (PM):  saya juga pernah terlibat dalam produksi The Lion King di Afrika Selatan pada tahun 2008. Produksi The Lion King di setiap negara memiliki standard tertentu, namun tiap-tiap darinya begitu unik. Saya belajar banyak dari dokumenter singa, bahkan kami juga belajar dari penari Bali yang didatangkan untuk lebih menggali bahasa tubuh orang Asia.

GH: senangkah anda berada di Asia?

JH: sangat senang, bahkan kalau bisa saya ingin mengajak seluruh teman dan keluarga tinggal di sini. Kami sudah di sini sejak Januari dan minimal akan tinggal di sini hingga Agustus. Saya suka karena bisa pakai kaus dan celana pendek kapan saja.
PM: ini adalah kunjungan pertama saya di Singapura dan saya terkesan dengan keramahan Asia. Saya agak pemilih dalam makanan, tapi saya dimanjakan dengan berbagai pilihan makanan lokal di sini. Jika ada waktu, saya ingin berkeliling Asia Tenggara.

GH: apa yang membuat pertunjukan ini beda dengan filmnya?

JH: pertunjukan musikal ini saya rasa lebih visual dimana para penonton diajak untuk terlibat. Kami ingin membuat penonton merasakan ‘The Lion King’ experience, dimana kami membawa mereka ke dimensi lain. Ceritanya mungkin sama, tapi feel nya tetap berbeda.
PM: bahkan dari sisi cerita, pertunjukan ini memberikan extended-version. Tokoh Nala lebih diperdalam, begitupula background ceritanya. Lagu-lagu nya pun mempunyai versi yang sedikit beda dari kartun dengan track yang lebih banyak.

GH: bagaimana anda menyampaikan pesan moral untuk penonton anda yang berusia muda?

JH: walaupun kami memainkan pertunjukan matinee pada akhir minggu, kami tidak merubah apapun dalam format acara. The Lion King tetaplah The Lion King dan kami tidak membuat penyesuaian apapun untuk penonton anak-anak. Tapi justru karena The Lion King sendiri merupakan pertunjukan yang sifatnya universal dan bisa dinikmati bagi seluruh usia, baik tua maupun muda.
PM: pertunjukan ini sebenarnya sudah kaya secara visual, dimana sangat menarik bagi anak-anak untuk terus memperhatikan. Dialog dalam pertunjukan ini juga cukup ringan, lucu dan mudah dicerna sehingga apa yang kami sampaikan dapat ditangkap dengan mudah bagi audiens kami. Respons dari penonton terhadap kami, baik saat pertunjukan maupun sesudahnya sangat fantastis. Kami baru sebulan manggung, tapi sudah banyak yang menonton pertunjukan ini 2-3 kali karena mereka tak keberatan untuk menonton lagi dengan anggota keluarga atau teman yang berbeda.

GH: harapan anda tentang pertunjukan ini?

JH: kami ingin masyarakat tak hanya terhibur tapi juga bisa menginspirasi produksi musikal lokal. Rasanya bangga saat kami dikunjungi LaSalle Design School dan bisa berbagi tentang proses produksi dari pementasan ini.
PM: kami juga ingin menginspirasi audiens kami yang datang  dari umur yang berbeda-beda, terutama untuk anak-anak. Saya masih ingat ketika saya kecil dan menonton pertunjukan musikal untuk pertama kali, saya sangat terkesan dan bisa menyanyi berhari-hari setelahnya.


The Legend of Chinese Noodle
Friday, April 1, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published on ICBC Magazine- April 2011

            Makanan yang tak lagi asing bagi lidah kita, siapa yang bisa menolak kelezatan mie ayam atau bakso kuah? Baik di gerobak jajanan maupun di lemari dapur dalam bentuk instan, mie hampir selalu jadi hidangan pilihan selain nasi. Nikmat direbus pagi hari dengan kornet dan telur, sedap digoreng dengan sayur, seafood atau daging sebagai lauk. Mie juga merupakan sajian wajib untuk perayaan di Cina. Untuk makanan yang sering kita jumpai, siapa sangka mie memiliki sejarah sepanjang bentuknya?
Kisah Muasal Mie
            Tak kurang dari 3 bangsa -Cina, Arab dan Italia- mengklaim menemukan mie. Teknik penggilingan gandum konon telah lebih dahulu berkembang di Mesir dan Persia. Produk gandum yang dihasilkan berupa lembaran-lembaran tipis menyerupai mie.  Sedangkan di benua Eropa, mie mulai dikenal setelah Marco Polo kembali dari China tahun 1200 dan membawa teknik pembuatan mie. Pada perkembangannya di Eropa, mie berevolusi menjadi beragam pasta yang menjadi makanan pokok di Italia karena bisa disimpan lebih lama ketimbang roti.
            Resep pertama pembuatan la-mien, bahasa Cina dari mie, berasal dari dinasti Han di Cina pada tahun 25-220 SM. Mie dibuat secara handmade dan setelah tahun 700, sejarah mencatat terciptanya mesin pembuat mie berukuran kecil dan mulai diproduksi secara mekanikal. Mie konon merupakan makanan terpopuler dan seringkali dijual di warung hingga larut malam pada masa dinasti Song antara tahun 960-1279.
            Tradisi Cina meyakini bahwa mie adalah makanan yang wajib disajikan, terutama saat perayaan atau hari besar. Siu Mie atau mie panjang umur merupakan penganan khas yang hadir untuk menyemarakkan perayaan tahun baru Cina atau Imlek. Mie goreng yang gurih dan kenyal disajikan hangat dengan aneka isian sawi, kol, jamur,  udang, kerang, dan cumi yang lezat. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa, menyantap Siu Mie adalah wajib sebagai simbol umur panjang dan rejeki yang tiada putus. Siu Mie dianggap sebagai simbolisasi kelanggengan umur manusia.
Ribuan Jenis Mie
            Mie Cina biasanya terbuat dari tepung terigu, tepung beras, tepung kentang, pati kacang hijau. Penduduk Cina Utara lebih menggemari mie dengan bahan baku utama gandum yang dikenal dengan nama ban-mien atau mian-bao, yang jadi hidangan utama selain roti pau maupun mantau. Sedangkan mie beras berwarna putih yang sering dikenal dengan nama hor-fun atau kuay-teow merupakan hidangan khas Cina Selatan karena mereka juga banyak mengkonsumsi nasi. 
            Bahan dasar mie cukup sederhana: tepung, telur , air dan alkali. Namun kelezatan dan keunikan mie tergantung bahan tambahan yang dicampurkan dan teknik pembuatannya. Untuk menghasilkan resep mie tertentu. adonan tersebut bisa ditambahkan sereal, teh hijau, pati bayam, ekstrak kaldu maupun minyak wijen untuk mendapatkan rasa dan aroma yang khas. 
            Mie segar handmade yang dibuat sesaat sebelum disajikan rasanya pun lebih sedap ketimbang mie jadi maupun siap saji. Kini juga mulai marak gerai mie dengan dapur terbuka sehingga kita bisa melihat cara pembuatannya. Dengan ditarik, digiling, disisir maupun digunting, mie diolah dan sesekali diuleni tepung agar tidak lengket satu sama lain. Untuk jenis mie keriting, maka ada tambahan proses untuk dikeringkan, dijemur atau digoreng dulu sebelum kemudian diolah.
            Salah satu mie yang unik adalah liang pi, yaitu sejenis mie beras putih yang bentuknya kecil-kecil seperti spiral atau kecebong. Mie asal Shanxi ini biasa dihidangkan dingin dengan kuah kecap asin, minyak cabe dan bawang putih. Di Pontianak, mie jenis ini direbus dan disajikan dengan daging cincang dengan kuah terpisah.
Inspirasi Bagi Hidangan Mancanegara    
            Seiring dengan berkembangnya apresiasi kuliner masyarakat dunia, kelezatan mie Cina pun sudah dikenal oleh dunia. Berbagai resep khas dari negeri Tirai Bambu seperti ban mien (mie kuah berbentuk pipih dengan bakso dan taburan ikan bilis), beef hor fun (mie beras putih dengan irisan daging sapi dan kuah kental), char kway teow (mie goreng kecap dengan isian berbagai sayur dan daging) bisa anda dapatkan di gerai makanan atau restoran di seluruh dunia. Yang tak kalah lezat dan unik adalah tan tan mien (mie dengan saus kacang ala Beijing) atau Laksa (mie putih dengan kuah kari/asam).
            Bangsa Jepang, Korea dan Indochina pun juga memiliki mie khas masing-masing yang memperkaya glosari hidangan dunia. Sebut saja ramen (mie tipis yang biasa dihidangkan dengan kuah kaldu dan daging goreng, kuah kecap asin, atau  kaldu sup tulang), soba (mie gandum kasar yang biasa dihidangkan dingin) atau udon (mie dengan bulur besar) yang populer di Jepang. Bibimguksu (mie campur yang diulen telur, pasta cabe dan sayuran) dan kimchimyeon (mie kuah dengan asinan sawi pedas) adalah hidangan favorit di Korea. Di Vietnam, banyak tersebar warung pho bo (mie beras putih kuah dengan kecambah, sawi, irisan daging sapi dan perasan jeruk nipis) yang buka dari pagi sampai malam.
            Tak pelak, mie sudah jadi bagian dari budaya makan di dunia. Dengan seribu rupa cara pengolahan, pasti selera anda akan tergugah untuk mencoba salah satu dari hidangan diatas. Jadi tunggu apalagi? Pesanlah semangkuk hidangan mie yang nikmat untuk memanjakan lidah anda!
            Box part
Sajian Mie Khas Nusantara
            Tidak sedikit ragam masakan di Indonesia yang menggunakan bahan dasar mie. Mie yang banyak dikonsumsi di Indonesia berbasis gandum (mie kuning atau mie telor)  Bakmie atau bihun kuah dengan rajangan daun bawang, minyak sayur, sawi, bawang goreng dan bakso adalah sajian yang tak asing lagi. Namun mie dengan citarasa khas Nusantara ternyata sangat beragam.
            Mie Bangka mungkin salah satu mie terpopuler di Indonesia. Dengan ditambahkan rajangan ayam jamur dan pangsit rebus atau goreng, mie Bangka siap dihidangkan dengan kuah kaldu. Hidangan ini juga bisa diolah secara yamin dengan diulen dalam kecap sebelum diberikan pelengkap lainnya. 
            Bagi yang gemar dengan mie dengan kuah kental, dapat mencoba Mie Jawa. Setelah direbus dan ditiris, mie kuning dimasak di atas anglo dengan rajangan bakso, irisan keekian (bakso udang yang bentuknya panjang), hati/ampla/suwiran daging ayam, sawi, wortel dan dikentalkan dengan sedikit larutan maizena. Cita rasanya sedap dan maknyus, apalagi disajikan dengan cabai rawit dan acar bawang & ketimun.
            Yang juga mulai populer belakangan ini adalah Mie Aceh. Hidangan ala mie masak ini memakai bumbu kari pedas dengan wangi rempah daun temuru yang tajam. Mie Aceh disajikan dengan pilihan daging kepiting, seafood atau ayam. Sedangkan untuk versi gorengnya memakai banyak bubuk lada, pala dan kapulaga agar citarasa pedasnya tak berkurang.
            Mie Kangkung asal Bandung pun banyak digemari dan sering tersedia di perhelatan pernikahan. Mie telur dengan kuah kaldu bening ini dilengkapi kangkung, ayam suwir, tauge dan telur burung puyuh. Rasanya segar dan nikmat karena ditambah perasan jeruk nipis.
            Dari Makasar juga terkenal Mie Cakalang yang biasanya digoreng kering dengan taburan daging ikan cakalang dan bawang goreng. Untuk variasi mie kuah, Makasar juga terkenal dengan Mie Titi dinikmati dengan disajikan dengan kuah kental dan irisan ayam, udang, jamur, hati dan cumi. Sedangkan pilihan hidangan mie dari daerah Palembang adalah Mie Celor. Dengan kaldu udang kental bercitarasa asam pedas gurih, mie ini nikmat disantap kerupuk ikan.

Suddenly Saigon
Wednesday, March 30, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , ,

as published on Good Housekeeping Indonesia - February2011
            Sahabat saya, Naila, sempat berkunjung ketika saya masih berdomisili di Singapura untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 32. Ide impulsif untuk mengunjungi Saigon datang saat kami tahu dari laman Facebook ada beberapa kawan yang sedang backpacking keliling IndoChina. Kami melakukan kontak untuk menyusul mereka di Ho Chi Minh City alias Saigon, sebelum mereka melanjutkan perjalanan keliling Vietnam. Berbekal tiket dadakan yang dipesan 5 jam sebelum keberangkatan dan sebuah ransel, kami berangkat ke Saigon untuk perjalanan 3 hari 2 malam.
Kota Seribu Motor
            Menginjak Saigon, kita seperti dihadapkan pada Jakarta tahun 1980 an. Ibukota Vietnam ini masih banyak motor yang berseliweran dengan tata kota dan traffic yang semerawut. Namun justru inilah yang jadi nadi penghidup kota terpadat di Vietnam ini. Bangunan tua berarsitektur kolonial Perancis yang berlomba dengan gedung berdesain modern menghiasi muka Saigon. Sementara rumah-rumah khas perkotaan Vietnam yang cenderung sempit namun tingginya sampai 4 lantai juga bertebaran di kota ini.
            Tidak perlu apply visa untuk mengunjungi Vietnam, cukup antri visa on arrival yang gratis bagi warga negara ASEAN. Dalam 30 menit, kita sudah bisa keluar dari imigrasi untuk ambil bagasi. Bandara Tan So Nhat cukup nyaman karena relatif baru, tapi seperti kebanyakan aiport negara berkembang, belum dilengkapi sistem informasi yang memadai. Dari sini, kita bisa memilih untuk menuju pusat kota dengan naik motor (USD 5-7) atau taksi (USD 10-12). Oh ya, bepergian di Vietnam lebih baik berbekal recehan USD karena mereka lebih menyukai mata uang Amerika ketimbang VND (Vietnam Dong). Biasanya, transaksi pembayaran dalam USD akan diberikan kembalian dalam VND. Kurs untuk 1 USD adalah sekitar 18.000 VND.
            Perjalanan menuju tengah kota Ho Chi Minh cukup ditempuh dalam 30-40 menit. Dengan luas 2.095 km2, Saigon terbagi atas 19 distrik lokal dan 5 distrik suburban. Untuk memudahkan acara jalan-jalan, disarankan untuk menginap di hotel yang terletak di District 1 yang merupakan pusat kota. Hotel termewah di kota ini, Rex Hotel, sudah berdiri sejak tahun 1970an dan baru direnovasi tahun 2008 kemarin, bisa anda tinggali dengan tarif mulai USD 100-150/malam. Tapi jika anda ingin berhemat, hotel bintang 2-3 di Saigon berkisar antara USD 70-45/malam. Paket murah ala Jalan Jaksa juga disediakan losmen sepanjang Pham Nguc Lao dengan tarif USD 10-30/malam.
            Untuk berkeliling Ho Chi Minh City, anda bisa ikut day tour yang banyak disediakan oleh hotel lokal dengan biaya USD 10-15 untuk setengah hari. Jika anda berniat untuk keliling kota sendiri, anda bisa naik taksi, motor maupun tuk-tuk sebagai sarana transportasi. Kebanyakan backpackers menyewa tukang ojek untuk berkeliling seharian cukup dengan membayar USD 5. Tapi jika anda bersama keluarga, akan lebih nyaman jika menyewa mobil sekitar USD 25-35/hari termasuk bensin.
Pasar Ben Thanh, Istana Reunifikasi & Notre Dame
            Belum sah jika pergi ke Saigon tanpa mampir ke Pasar Ben Thanh. Pasar ini hampir seperti Pasar Chatuchak di Bangkok, menawarkan berbagai barang baik untuk turis ataupun kebutuhan sehari-hari. Pastinya kita harus pandai-pandai menawar dan berhati-hati akan copet yang suka berkeliaran. Di sini kita bisa membeli souvenir seperti tas sulam sutera, topi kerucut, lukisan maupun ukiran kayu khas Vietnam. Tidak hanya itu, beberapa warung di bagian belakang pasar juga menyediakan makanan khas Vietnam seperti bahn pho (mie daging), guoi cuon (lumpia basah), roti baguette isi keju/daging asap/tuna, gorengan bakso, jajanan es maupun kopi tetes ala Vietnam dengan susu kental manis. Untuk makan di pinggir jalan, perlu hati-hati karena mereka biasa mengkonsumsi daging babi. Jadi tanyalah dulu sebelum menyantap hidangan Vietnam yang segar dan lezat.
            Istana Reunifikasi juga patut dikunjungi bagi yang gemar berwisata museum. Bangunan ini pertama kali berdiri sebagai kantor gubernur masa pendudukan Prancis pada tahun 1858. Pembangunan terakhir yang dilakukan pada tahun 1962 membuat arsitektur art-deco terasa kental, bercampur dengan aroma sejarah pada peninggalan di era peralihan masa borjuis menuju komunis yang terjadi tahun 1975. Yang menarik, istana ini juga memiliki ruang hiburan, lengkap dengan meja roulette untuk pejabat-pejabat berjudi.
            Selain itu, landmark yang tak bisa dilewatkan adalah katedral Notre-Dame yang menurut saya adalah salah satu bangunan tercantik di Saigon. Gereja katolik yang dibangun pada tahun 1863 dan diakui oleh Vatikan sebagai katedral basilika pada tahun 1962. Seluruh materialnya diimpor dari Prancis pada awal pembangunannya, bahkan kaca gelasnya didatangkan dari daerah Lorin dan batanya dari Marseille. Sebuah patung Bunda Maria ukuran raksasa terletak tepat di depan gereja. Sangat romantis untuk melewatkan senja dengan mengopi di kafe-kafe ala Prancis yang tersebar di sekitar area ini. Kantor Pos Lama Saigon yang tak kalah indah juga terletak beberapa meter dari tempat ini, membuat kita betah berlama-lama foto hunting di sini.
Jadi Tikus Tanah di Cu Chi Tunnel dan Menyusuri Mekong Delta
            Cukup membayar USD 25 untuk ikut serta paket wisata ke kuil Cao Dai dan Cu Chi Tunnel yang letaknya sekitar 2.5 jam dari Saigon. Kuil Cao Dai adalah semacam agama yang penganutnya memiliki mengakui agama Budha, Konghucu,Tao dan Kristen. Terletak di Tay Ninh, biasanya mereka melakukan doa bersama pada jam 12 siang dan upacara ini sangat menarik dengan pendeta dan penganutnya yang memakai jubah warna-warni.
            Cu Chi Tunnel sendiri adalah jaringan bawah tanah tempat Vietkong melakukan perlawanan terhadap tentara Amerika pada perang Vietnam di tahun 1960an. Para tentara Vietkong bersembunyi di sini dan lorong ini penuh dengan jebakan, baik berupa bom maupun alat penyiksaan yang lain. Ukurannya pun disesuaikan dengan tubuh orang Vietnam, sehingga sangat menyulitkan bagi tentara Amerika melawan mereka secara gerilya. Lorong ini dilengkapi dengan ruang makan, dapur umum, penyimpanan logistik, bahkan klinik dan sekolah. Seperti desa bawah tanah dan turis pun bisa menjajal keluar masuk lorong ini untuk merasakannya. Tapi hati-hati karena belum semua bom dibersihkan dari area ini, jadi kita harus berjalan di area yang sudah diamankan. Ada juga lapangan tembak dimana kita bisa menjajal senapan AK47 dan artileri berat lain dan kita boleh membawa pulang selongsong pelurunya.
            Yang juga bisa dicoba adalah perjalanan menyusuri Mekong Delta dari Saigon menuju Phnom Penh, Kamboja. Dengan menyusuri sungai Mekong, kita bisa menikmati keseharian masyarakat perairan dengan pasar dan desa terapung yang merupakan nadi kehidupan kaum Khmer di masa lampau. Ini adalah alternatif menarik jika anda mempunyai waktu 3 hari, sedangkan perjalanan Saigon – Phnom Penh bisa ditempuh dalam waktu 7 jam dengan menggunakan bis antar kota.