Liburan yang Gagal
Sunday, March 27, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , ,

as published on Good Housekeeping Indonesia - January 2011
          
             “Gimana Di? Udah bisa distarter?”
            “Kita nggak bisa kemana-mana sepertinya Rin. Tali kipasnya putus. Sementara aku nggak tau bengkel terdekat di mana.” keluh Hadi
            Oh great, now what? Sekarang kita minta tolong siapa? Mobil rusak di daerah antah berantah begini. Udah sore, kita nggak tau mesti kemana lagi. This really ruins my mood, Di!” ucap Rina dengan kesal.
            Well I didn’t expect this too, Rin. Aku sudah merencanakan liburan akhir tahun untuk kita sebaik mungkin. Siapa sangka kalau tali kipas mobil bisa putus coba?”
            Did you check the car before we leave? Of course not, karena kamu percayain semua sama Maman. Sekarang kalau nggak ada supir begini, kamu apa bisa ngebenerin mobil? Emang kamu ganti ban aja bisa? Sekarang apa kamu mau teleport Maman dari Tasik?”
            “Rina, bisa nggak sih kamu nggak marah-marah dalam situasi seperti ini? I’m as frustrated as you are. Aku juga mau liburan yang enak dan tenang seperti kamu. Aku pikir sekali-kali kita bisa pergi berdua saja; nggak perlu diantar supir atau diganggu telepon. Just calm down, we’ll figure this out…” bela Hadi.
            I’m hating this vacation already, arrrggghhh!!!!”
*****
            Mungkin semua orang melihatku dan Hadi sebagai pasangan yang sempurna. Aku kini bekerja pada sebuah perusahaan marketing & komunikasi sebagai seorang account manager. Hadi sendiri adalah arsitek yang sudah 7 tahun ini mempunyai biro yang didirikan bersama 3 kawannya. Kami sudah 4 tahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Sebagai putri tertua, orang tuaku sudah sangat ingin menimang cucu pertama dari kami. Sementara Hadi yang bungsu, sudah memiliki beberapa keponakan dari kakak-kakaknya. Aku dan Hadi memang menunda punya momongan dalam 2 tahun pertama perkawinan kami dengan alasan klise; ingin memperpanjang bulan madu dan menyiapkan dana untuk si jabang bayi.
            Namun dorongan untuk beroleh keturunan makin besar belakangan ini. Hadi sepertinya sudah ingin mempunyai anak sendiri; dia cukup terlatih dan sabar mengurus keponakan-keponakannya. Umurku sendiri tidak makin muda dan sudah pantas untuk menjadi ibu. Kami memang belum pergi ke ginekolog tapi mulai lebih sering menyempatkan diri untuk quality time dengannya. Kesibukanku belakangan meningkat seiring naiknya jabatanku setahun lalu. Sementara Hadi belakangan memiliki banyak proyek town house yang harus dia tangani. Frekwensi pertemuan kami makin berkurang, jangan tanya tentang keintiman jika sudah begitu. Bawaannya setelah sampai rumah hanya ingin mandi, istirahat sambil nonton TV sampai tertidur. Secara finansial kami memang sudah mapan, tapi aku bahkan tidak mengenal lagi siapa yang tidur disampingku setiap hari. Hidup jadi rutinitas yang monoton seperti robot, semuanya terasa jadi basa basi semu.
            Lalu Hadi mengusulkan untuk melewatkan libur akhir tahun di Pangandaran. Katanya ada sebuah boutique hotel yang cantik di sana. Suasananya cukup rileks untuk menghabiskan siang dengan berenang, kayaking dan berjemur di pantai atau hiking dan wall climbing di daerah sekitarnya. Sementara malamnya ada full-moon party di pinggir pantai dengan DJ terkenal, seperti yang ada di film ‘The Beach’ nya Leonardo di Caprio. Aku menurut saja dengan idenya walaupun sejujurnya aku cuma ingin melewatkan liburan dengan di istirahat rumah. Kurasa diam-diam Hadi merasakan kejenuhan yang sama, dan aku ingin menghargai usahanya menghidupkan bara asmara yang kini hampir padam.
*****
            “Jadinya gimana Di? Ini sudah jam 6. I’m tired and starving…” rajuk Rina.
            I’m sorry things doesn’t go as planned. Aku tadi sudah bicara sama seorang penduduk setempat. Kita bisa titip mobil di rumahnya. Nanti kita ke hotel pakai mobil bak miliknya. Aku akan telpon Maman untuk ke sini bawa mobil derek dan langsung antar ke bengkel lusa. Nanti kita balik ke Bandung pakai mobil sewa dari hotel saja ya, Rin.”
            “Baiklah kalau begitu. Untung kita kali nggak banyak bawa barang. Kalau nggak pasti repot.”
            “Bawa tujuh koper juga nggak masalah, wong kita dianter pake mobil bak. Kamu  mau bawa anak sapi juga bisa.”
            “Jangan bercanda ya, Di. Aku kalau lapar sama capek bawaannya makan orang, anak sapi saja nggak cukup!”
*****
            “Hey, Rina! Gimana liburan lo? Sukses berat nih?”
            “Haduh, bubar gagal total deh. Kalau bisa milih sih mendingan aku marathon DVD Sex and The City di rumah sambil tiduran di sofa!” ujar Rina ketus.
            Come on, it didn’t go that bad, right? What happened?” tanya Fere dengan mata membulat.
            First, kita nyasar karena salah jalan menuju hotel yang di Pangandaran. Soalnya kali ini Hadi setir sendiri nggak pake supir. Harusnya jam 2 sudah sampai, ini jam 4 belum ketemu tempatnya. Kedua, tali kipas mobil putus, Fe. Jadilah kita terlantar di jalan yang nyasar itu sekitar satu jam. Itu mobil akhirnya kita titip ke penduduk setempat buat diambil sama supir belakangan. Kita ke hotel naik truk dan baru bisa check-in jam 7 malam!”
            “Oh em jiii! Parah banget sih?!”
            “Belum kelar di situ, hotelnya fully booked dan pelayanannya jelek banget deh. Kayaknya mereka nggak siap terima tamu pas holiday season. Untung kamar kita ada jacuzzi nya, puas berendam dengan air hangat di situ. Otherwise, everything sucks, apalagi kita nggak bisa kemana-mana karena nggak ada mobil.”
            How about the full moon party? Katanya acaranya hits banget lho!” kata Fere.
            “Hits dari Hongkong! Isinya abege loncat-loncat sambil dengerin rave music. Mereka jerit-jerit sambil minum bir pletok dan alkohol murahan. Nggak tau sambil ngobat atau ngeganja juga mungkin. So unclassy, nggak kayak nongkrong di Segarra atau Kudeta gitu deh. Aku sama Hadi cuma di sana 10 menit terus pulang, nggak tahan sama remaja bau prengus!”
            “Lantas kalian countdown tahun baru di mana?”
            “Di kamar. Dalam jacuzzi, hehehe. Hadi ternyata udah nyiapin beberapa botol wine dan cokelat dari rumah. Akhirnya kita berendam berdua pakai bubble bath, sambil minum wine dan makan cokelat. Dan yaaah, gitu dehhh….” kerling Rina penuh arti.
            Wow, now that’s romantic!” cetus Fere sambil bertepuk tangan.
            “Iya, akhirnya kita banyak menghabiskan waktu di kamar. Bercinta, ngobrol, istirahat. Hal yang simpel tapi sangat kita butuhkan. Aku akhirnya bisa bicara hati ke hati dengan Hadi. Termasuk kejenuhan yang kita berdua rasakan. Sepertinya kita akan benahi ini dulu sebelum memutuskan punya anak.”
            So the vacation wasn’t a disaster after all. Aku lega akhirnya kamu bisa bicara terbuka dengan Hadi dan mulai membenahi persoalan kalian.”
            “Ada hikmahnya juga liburan kita tidak berjalan semestinya. Kita jadi punya waktu untuk diri sendiri dan justru itu yang lebih penting dikerjakan saat ini.”
            “Jadi liburan selanjutnya kemana? Tangkuban Perahu?”
            “Enak aja. Aku berhasil bikin Hadi guilty feeling karena liburan gagal kemarin. Bulan Februari kita mau ke Phuket seminggu pas Valentine. Itu baru liburan pantai yang hits banget, wooohooooo!” jerit Rina sambil tertawa senang.
            “Curaaaanggg, aku irii!”

Post a Comment