Suddenly Saigon
Wednesday, March 30, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , ,

as published on Good Housekeeping Indonesia - February2011
            Sahabat saya, Naila, sempat berkunjung ketika saya masih berdomisili di Singapura untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 32. Ide impulsif untuk mengunjungi Saigon datang saat kami tahu dari laman Facebook ada beberapa kawan yang sedang backpacking keliling IndoChina. Kami melakukan kontak untuk menyusul mereka di Ho Chi Minh City alias Saigon, sebelum mereka melanjutkan perjalanan keliling Vietnam. Berbekal tiket dadakan yang dipesan 5 jam sebelum keberangkatan dan sebuah ransel, kami berangkat ke Saigon untuk perjalanan 3 hari 2 malam.
Kota Seribu Motor
            Menginjak Saigon, kita seperti dihadapkan pada Jakarta tahun 1980 an. Ibukota Vietnam ini masih banyak motor yang berseliweran dengan tata kota dan traffic yang semerawut. Namun justru inilah yang jadi nadi penghidup kota terpadat di Vietnam ini. Bangunan tua berarsitektur kolonial Perancis yang berlomba dengan gedung berdesain modern menghiasi muka Saigon. Sementara rumah-rumah khas perkotaan Vietnam yang cenderung sempit namun tingginya sampai 4 lantai juga bertebaran di kota ini.
            Tidak perlu apply visa untuk mengunjungi Vietnam, cukup antri visa on arrival yang gratis bagi warga negara ASEAN. Dalam 30 menit, kita sudah bisa keluar dari imigrasi untuk ambil bagasi. Bandara Tan So Nhat cukup nyaman karena relatif baru, tapi seperti kebanyakan aiport negara berkembang, belum dilengkapi sistem informasi yang memadai. Dari sini, kita bisa memilih untuk menuju pusat kota dengan naik motor (USD 5-7) atau taksi (USD 10-12). Oh ya, bepergian di Vietnam lebih baik berbekal recehan USD karena mereka lebih menyukai mata uang Amerika ketimbang VND (Vietnam Dong). Biasanya, transaksi pembayaran dalam USD akan diberikan kembalian dalam VND. Kurs untuk 1 USD adalah sekitar 18.000 VND.
            Perjalanan menuju tengah kota Ho Chi Minh cukup ditempuh dalam 30-40 menit. Dengan luas 2.095 km2, Saigon terbagi atas 19 distrik lokal dan 5 distrik suburban. Untuk memudahkan acara jalan-jalan, disarankan untuk menginap di hotel yang terletak di District 1 yang merupakan pusat kota. Hotel termewah di kota ini, Rex Hotel, sudah berdiri sejak tahun 1970an dan baru direnovasi tahun 2008 kemarin, bisa anda tinggali dengan tarif mulai USD 100-150/malam. Tapi jika anda ingin berhemat, hotel bintang 2-3 di Saigon berkisar antara USD 70-45/malam. Paket murah ala Jalan Jaksa juga disediakan losmen sepanjang Pham Nguc Lao dengan tarif USD 10-30/malam.
            Untuk berkeliling Ho Chi Minh City, anda bisa ikut day tour yang banyak disediakan oleh hotel lokal dengan biaya USD 10-15 untuk setengah hari. Jika anda berniat untuk keliling kota sendiri, anda bisa naik taksi, motor maupun tuk-tuk sebagai sarana transportasi. Kebanyakan backpackers menyewa tukang ojek untuk berkeliling seharian cukup dengan membayar USD 5. Tapi jika anda bersama keluarga, akan lebih nyaman jika menyewa mobil sekitar USD 25-35/hari termasuk bensin.
Pasar Ben Thanh, Istana Reunifikasi & Notre Dame
            Belum sah jika pergi ke Saigon tanpa mampir ke Pasar Ben Thanh. Pasar ini hampir seperti Pasar Chatuchak di Bangkok, menawarkan berbagai barang baik untuk turis ataupun kebutuhan sehari-hari. Pastinya kita harus pandai-pandai menawar dan berhati-hati akan copet yang suka berkeliaran. Di sini kita bisa membeli souvenir seperti tas sulam sutera, topi kerucut, lukisan maupun ukiran kayu khas Vietnam. Tidak hanya itu, beberapa warung di bagian belakang pasar juga menyediakan makanan khas Vietnam seperti bahn pho (mie daging), guoi cuon (lumpia basah), roti baguette isi keju/daging asap/tuna, gorengan bakso, jajanan es maupun kopi tetes ala Vietnam dengan susu kental manis. Untuk makan di pinggir jalan, perlu hati-hati karena mereka biasa mengkonsumsi daging babi. Jadi tanyalah dulu sebelum menyantap hidangan Vietnam yang segar dan lezat.
            Istana Reunifikasi juga patut dikunjungi bagi yang gemar berwisata museum. Bangunan ini pertama kali berdiri sebagai kantor gubernur masa pendudukan Prancis pada tahun 1858. Pembangunan terakhir yang dilakukan pada tahun 1962 membuat arsitektur art-deco terasa kental, bercampur dengan aroma sejarah pada peninggalan di era peralihan masa borjuis menuju komunis yang terjadi tahun 1975. Yang menarik, istana ini juga memiliki ruang hiburan, lengkap dengan meja roulette untuk pejabat-pejabat berjudi.
            Selain itu, landmark yang tak bisa dilewatkan adalah katedral Notre-Dame yang menurut saya adalah salah satu bangunan tercantik di Saigon. Gereja katolik yang dibangun pada tahun 1863 dan diakui oleh Vatikan sebagai katedral basilika pada tahun 1962. Seluruh materialnya diimpor dari Prancis pada awal pembangunannya, bahkan kaca gelasnya didatangkan dari daerah Lorin dan batanya dari Marseille. Sebuah patung Bunda Maria ukuran raksasa terletak tepat di depan gereja. Sangat romantis untuk melewatkan senja dengan mengopi di kafe-kafe ala Prancis yang tersebar di sekitar area ini. Kantor Pos Lama Saigon yang tak kalah indah juga terletak beberapa meter dari tempat ini, membuat kita betah berlama-lama foto hunting di sini.
Jadi Tikus Tanah di Cu Chi Tunnel dan Menyusuri Mekong Delta
            Cukup membayar USD 25 untuk ikut serta paket wisata ke kuil Cao Dai dan Cu Chi Tunnel yang letaknya sekitar 2.5 jam dari Saigon. Kuil Cao Dai adalah semacam agama yang penganutnya memiliki mengakui agama Budha, Konghucu,Tao dan Kristen. Terletak di Tay Ninh, biasanya mereka melakukan doa bersama pada jam 12 siang dan upacara ini sangat menarik dengan pendeta dan penganutnya yang memakai jubah warna-warni.
            Cu Chi Tunnel sendiri adalah jaringan bawah tanah tempat Vietkong melakukan perlawanan terhadap tentara Amerika pada perang Vietnam di tahun 1960an. Para tentara Vietkong bersembunyi di sini dan lorong ini penuh dengan jebakan, baik berupa bom maupun alat penyiksaan yang lain. Ukurannya pun disesuaikan dengan tubuh orang Vietnam, sehingga sangat menyulitkan bagi tentara Amerika melawan mereka secara gerilya. Lorong ini dilengkapi dengan ruang makan, dapur umum, penyimpanan logistik, bahkan klinik dan sekolah. Seperti desa bawah tanah dan turis pun bisa menjajal keluar masuk lorong ini untuk merasakannya. Tapi hati-hati karena belum semua bom dibersihkan dari area ini, jadi kita harus berjalan di area yang sudah diamankan. Ada juga lapangan tembak dimana kita bisa menjajal senapan AK47 dan artileri berat lain dan kita boleh membawa pulang selongsong pelurunya.
            Yang juga bisa dicoba adalah perjalanan menyusuri Mekong Delta dari Saigon menuju Phnom Penh, Kamboja. Dengan menyusuri sungai Mekong, kita bisa menikmati keseharian masyarakat perairan dengan pasar dan desa terapung yang merupakan nadi kehidupan kaum Khmer di masa lampau. Ini adalah alternatif menarik jika anda mempunyai waktu 3 hari, sedangkan perjalanan Saigon – Phnom Penh bisa ditempuh dalam waktu 7 jam dengan menggunakan bis antar kota.

Uniquely: Bali
Tuesday, March 29, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published on ICBC Magazine- February 2011


             Diberkahi oleh hamparan ratusan pantai dan ribuan pura, Bali bukan lagi destinasi yang asing bagi kita. Kesohoran pulau dewata yang bergaung di manca negara semakin membahana, terimakasih pada film Hollywood yang baru-baru ini dirilis: Eat, Pray, Love. Film yang dibintangi oleh Julia Roberts dan Javier Bardiem ini diangkat dari sebuah novel terkenal yang ditulis oleh Elisabeth Gilbert, menceritakan perjalanan spiritualnya saat mengunjungi Roma, Ganeshpuri dan Bali. Di film itu, kita bagaikan dibuka matanya sebagai orang Indonesia, sejauh apakah kita mengenal tempat wisata yang mungkin telah kita kunjungi berkali-kali ini. Karena bagaikan kotak mestika, Bali menyimpan begitu banyak kejutan dan keindahan yang tak habis dieksplorasi, yang bukan melulu hanya daerah Kuta dan sekitarnya.
Tetirah ala Eat, Pray, Love
            Gilbert menjadikan Ubud sebagai destinasi terakhir dari perjalanan mencari jati dirinya bukan tanpa sebab. Epik terakhir yang bernama Cinta, bukan sekedar karena dia menemukan belahan hatinya, Felipe, tapi juga karena dia bisa berdamai dengan dirinya di sini. Tentunya ini tak lepas dari aura Ubud yang tenang, damai dan indah.
            Hamparan sawah yang hijau di Ubud, mungkin tak jauh beda dari kebanyakan pedesaan di Indonesia. Tapi kentalnya aroma budaya Bali dengan kehidupannya membuatnya berbeda dari tempat lain. Café kecil, studio lukis/pahat, kelas yoga dan spa eksotis membuat tempat ini tidak hanya indah tapi nyaman untuk ditempati. Tak heran banyak warga negara asing yang hanya merencanakan berkunjung seminggu, akhirnya tinggal selama setahun di sini.
            Nikmati pemandangan sungai Ayung yang indah sambil sarapan pagi di hotel untuk memulai hari anda. Lanjutkan dengan naik sepeda ontel menuju Yoga Barn  untuk mengambil kelas yoga atau meditasi. Bagi yang gemar kegiatan menantang dapat memilih untuk berarung jeram atau trekking di Monkey Forest. Setelah itu anda bisa memanjakan lidah di beberapa restoran lokal seperti Warung Ary, Babi Guling Ibu Oka, Bebek Bengil, Warung Nuri maupun Bumbu Bali. Pasar Seni Ubud sangat menarik untuk kita berburu lukisan dan benda seni lain atau sekadar berbelanja souvenir. Nikmati sesi spa untuk merelaksasi tubuh penat dengan lulur kopi maupun pijat boreh bisa dilakukan di Como Shambala maupun Kirana Spa. Tutuplah malam dengan dinner romantis di Mosaic, Lotus maupun minum cocktail di Jazz Café Bali. 
            Yang jadi trend baru di Ubud adalah kunjungan ke tabib tradisional atau peramal seperti Ketut Liyer. Konon pengobatan dengan pendekatan holistik dan ramuan tradisional ini cukup ampuh bagi mereka yang bermasalah dengan kesuburan. Peramal nasib juga bisa membantu anda membuka cakra untuk memudahkan rejeki maupun mencari jodoh.
Surga Adrenaline dan Safari
            Selain berarung jeram di sungai Ayung, anda bisa menjajal bungy jumping di AJ Hackett atau reverse-bungee di Waterbom Park. Anda juga bisa berselancar di Dreamland atau belajar surfing di Rip Curl School of Surf. Banyak juga tempat di Nusa Dua dan Sanur yang menawarkan parasailing, banana boat dan motorboat. Namun bagi yang gemar olahraga menyelam, tidak sah rasanya datang ke Bali tanpa menengok keindahan bawah air pulau ini.
            Tulamben, Pulau Menjangan, Padang Bai, Nusa Penida, Lembongan, Amed dan Gili Tepekong adalah titik menyelam yang sangat terkenal di Bali. Bagi pemburu manta-ray, atau ikan pari dengan sayap seperti layangan raksasa, bisa menemukannya di Nusa Penida dan Lembongan. Temui kumpulan hiu sirip putih dan dinding koral yang tajam di Gili Tepekong. Musim migrasi mola-mola di bulan September-Desember sangat tepat untuk menyelam di Pulau Menjangan. Tulamben adalah tempat favorit wreck-diver, di mana bangkai kapal USS Liberty karam di tahun 1942 akibat dihajar torpedo kapal selam Jepang.
            Pencinta binatang juga bisa menikmati sunrise dengan lumba-lumba di Lovina. Di daerah Gianyar juga ada Bali Safari & Marine Park untuk melihat berbagai satwa liar seperti macan tutul, harimau putih, orang utan dan buaya sinyulong. Selain itu ada koleksi burung dan berbagai reptilia yang cukup menarik di Bali Bird Park dan Reptile Park yang letaknya bersebelahan di daerah Singapadu. Yang tak kalah unik adalah Bali Camel Safari di daerah Nusa Dua, di mana anda bisa menyusuri pantai dengan menunggang onta.
The Hidden Location
            Anda juga dapat mengunjungi daerah Trunyan di dekat danau Batur dimana masyarakat asli Bali masih tinggal. Di sana, orang yang sudah meninggal tidak dibakar (ngaben), melainkan ditaruh di sebuah area khusus di dalam hutan. Anehnya tidak tercium bau busuk walaupun tidak dikubur.
            Dreamland sudah mulai terlalu ramai? Anda bisa menuju Balangan, sebuah pantai yang sedikit tersembunyi tak jauh dari sana. Pantai perawan yang pemandangannya memesona ini, diam-diam memiliki ombak liar yang digandrungi para peselancar. Namun akses menuju pantai ini tak terlalu mudah, karena anda harus sedikit jalan dan menuruni tangga melewati jalan raya Uluwatu untuk sampai ke sana.
            Pantai lain yang juga masih relatif sepi adalah Candidasa di daerah Karangasem. Wisatawan asing kebanyakan menginap di sini karena banyak private villa dan resort. Letaknya juga tak jauh dari Gili Tepekong yang merupakan salah satu tempat menyelam di Bali. 
            Desa Batubulan di Gianyar juga menarik untuk dikunjungi. Selain terkenal karena kerajinan pahat, anda juga bisa menikmati tarian Barong yang dipentaskan setiap hari di sana.  Jika beruntung, anda bisa melihat upacara ngaben yang sesekali dilakukan oleh keluarga kerajaan Gianyar.
Vacation in Style
            Liburan di Bali bisa dinikmati dengan beragam budget. Jika anda mempunyai dana lebih, tak ada salahnya memanjakan diri menginap di boutique hotel yang tak hanya mewah tapi eksklusif. Ayana di daerah Uluwatu dan Bulgari yang terletak di Jimbaran merupakan hotel termahal di Bali saat ini. Jika anda ingin tinggal di daerah Pecatu, Karma Kandara menawarkan resor tercantik. Ubud memiliki Alilla yang megah namun menenangkan jiwa. Untuk yang tak bisa jauh dari keramaian, Oberoi di Seminyak adalah pilihan terbaik anda.
            Sedangkan untuk hang out menikmati cocktail, anda bisa berehat di The Rock, sebuah bar yang terletak di Ayana. Karma Kandara juga memiliki Nammos Beach Club yang indah untuk melewati sunset. Ku De Ta adalah pilihan favorit untuk menikmati keindahan pantai Kerobokan yang tentunya tidak asing lagi. Namun jika anda ingin menjadi bagian hip crowd di Bali, Klapa adalah tempat to see or be seen terbaru.             

Liburan yang Gagal
Sunday, March 27, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , ,

as published on Good Housekeeping Indonesia - January 2011
          
             “Gimana Di? Udah bisa distarter?”
            “Kita nggak bisa kemana-mana sepertinya Rin. Tali kipasnya putus. Sementara aku nggak tau bengkel terdekat di mana.” keluh Hadi
            Oh great, now what? Sekarang kita minta tolong siapa? Mobil rusak di daerah antah berantah begini. Udah sore, kita nggak tau mesti kemana lagi. This really ruins my mood, Di!” ucap Rina dengan kesal.
            Well I didn’t expect this too, Rin. Aku sudah merencanakan liburan akhir tahun untuk kita sebaik mungkin. Siapa sangka kalau tali kipas mobil bisa putus coba?”
            Did you check the car before we leave? Of course not, karena kamu percayain semua sama Maman. Sekarang kalau nggak ada supir begini, kamu apa bisa ngebenerin mobil? Emang kamu ganti ban aja bisa? Sekarang apa kamu mau teleport Maman dari Tasik?”
            “Rina, bisa nggak sih kamu nggak marah-marah dalam situasi seperti ini? I’m as frustrated as you are. Aku juga mau liburan yang enak dan tenang seperti kamu. Aku pikir sekali-kali kita bisa pergi berdua saja; nggak perlu diantar supir atau diganggu telepon. Just calm down, we’ll figure this out…” bela Hadi.
            I’m hating this vacation already, arrrggghhh!!!!”
*****
            Mungkin semua orang melihatku dan Hadi sebagai pasangan yang sempurna. Aku kini bekerja pada sebuah perusahaan marketing & komunikasi sebagai seorang account manager. Hadi sendiri adalah arsitek yang sudah 7 tahun ini mempunyai biro yang didirikan bersama 3 kawannya. Kami sudah 4 tahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Sebagai putri tertua, orang tuaku sudah sangat ingin menimang cucu pertama dari kami. Sementara Hadi yang bungsu, sudah memiliki beberapa keponakan dari kakak-kakaknya. Aku dan Hadi memang menunda punya momongan dalam 2 tahun pertama perkawinan kami dengan alasan klise; ingin memperpanjang bulan madu dan menyiapkan dana untuk si jabang bayi.
            Namun dorongan untuk beroleh keturunan makin besar belakangan ini. Hadi sepertinya sudah ingin mempunyai anak sendiri; dia cukup terlatih dan sabar mengurus keponakan-keponakannya. Umurku sendiri tidak makin muda dan sudah pantas untuk menjadi ibu. Kami memang belum pergi ke ginekolog tapi mulai lebih sering menyempatkan diri untuk quality time dengannya. Kesibukanku belakangan meningkat seiring naiknya jabatanku setahun lalu. Sementara Hadi belakangan memiliki banyak proyek town house yang harus dia tangani. Frekwensi pertemuan kami makin berkurang, jangan tanya tentang keintiman jika sudah begitu. Bawaannya setelah sampai rumah hanya ingin mandi, istirahat sambil nonton TV sampai tertidur. Secara finansial kami memang sudah mapan, tapi aku bahkan tidak mengenal lagi siapa yang tidur disampingku setiap hari. Hidup jadi rutinitas yang monoton seperti robot, semuanya terasa jadi basa basi semu.
            Lalu Hadi mengusulkan untuk melewatkan libur akhir tahun di Pangandaran. Katanya ada sebuah boutique hotel yang cantik di sana. Suasananya cukup rileks untuk menghabiskan siang dengan berenang, kayaking dan berjemur di pantai atau hiking dan wall climbing di daerah sekitarnya. Sementara malamnya ada full-moon party di pinggir pantai dengan DJ terkenal, seperti yang ada di film ‘The Beach’ nya Leonardo di Caprio. Aku menurut saja dengan idenya walaupun sejujurnya aku cuma ingin melewatkan liburan dengan di istirahat rumah. Kurasa diam-diam Hadi merasakan kejenuhan yang sama, dan aku ingin menghargai usahanya menghidupkan bara asmara yang kini hampir padam.
*****
            “Jadinya gimana Di? Ini sudah jam 6. I’m tired and starving…” rajuk Rina.
            I’m sorry things doesn’t go as planned. Aku tadi sudah bicara sama seorang penduduk setempat. Kita bisa titip mobil di rumahnya. Nanti kita ke hotel pakai mobil bak miliknya. Aku akan telpon Maman untuk ke sini bawa mobil derek dan langsung antar ke bengkel lusa. Nanti kita balik ke Bandung pakai mobil sewa dari hotel saja ya, Rin.”
            “Baiklah kalau begitu. Untung kita kali nggak banyak bawa barang. Kalau nggak pasti repot.”
            “Bawa tujuh koper juga nggak masalah, wong kita dianter pake mobil bak. Kamu  mau bawa anak sapi juga bisa.”
            “Jangan bercanda ya, Di. Aku kalau lapar sama capek bawaannya makan orang, anak sapi saja nggak cukup!”
*****
            “Hey, Rina! Gimana liburan lo? Sukses berat nih?”
            “Haduh, bubar gagal total deh. Kalau bisa milih sih mendingan aku marathon DVD Sex and The City di rumah sambil tiduran di sofa!” ujar Rina ketus.
            Come on, it didn’t go that bad, right? What happened?” tanya Fere dengan mata membulat.
            First, kita nyasar karena salah jalan menuju hotel yang di Pangandaran. Soalnya kali ini Hadi setir sendiri nggak pake supir. Harusnya jam 2 sudah sampai, ini jam 4 belum ketemu tempatnya. Kedua, tali kipas mobil putus, Fe. Jadilah kita terlantar di jalan yang nyasar itu sekitar satu jam. Itu mobil akhirnya kita titip ke penduduk setempat buat diambil sama supir belakangan. Kita ke hotel naik truk dan baru bisa check-in jam 7 malam!”
            “Oh em jiii! Parah banget sih?!”
            “Belum kelar di situ, hotelnya fully booked dan pelayanannya jelek banget deh. Kayaknya mereka nggak siap terima tamu pas holiday season. Untung kamar kita ada jacuzzi nya, puas berendam dengan air hangat di situ. Otherwise, everything sucks, apalagi kita nggak bisa kemana-mana karena nggak ada mobil.”
            How about the full moon party? Katanya acaranya hits banget lho!” kata Fere.
            “Hits dari Hongkong! Isinya abege loncat-loncat sambil dengerin rave music. Mereka jerit-jerit sambil minum bir pletok dan alkohol murahan. Nggak tau sambil ngobat atau ngeganja juga mungkin. So unclassy, nggak kayak nongkrong di Segarra atau Kudeta gitu deh. Aku sama Hadi cuma di sana 10 menit terus pulang, nggak tahan sama remaja bau prengus!”
            “Lantas kalian countdown tahun baru di mana?”
            “Di kamar. Dalam jacuzzi, hehehe. Hadi ternyata udah nyiapin beberapa botol wine dan cokelat dari rumah. Akhirnya kita berendam berdua pakai bubble bath, sambil minum wine dan makan cokelat. Dan yaaah, gitu dehhh….” kerling Rina penuh arti.
            Wow, now that’s romantic!” cetus Fere sambil bertepuk tangan.
            “Iya, akhirnya kita banyak menghabiskan waktu di kamar. Bercinta, ngobrol, istirahat. Hal yang simpel tapi sangat kita butuhkan. Aku akhirnya bisa bicara hati ke hati dengan Hadi. Termasuk kejenuhan yang kita berdua rasakan. Sepertinya kita akan benahi ini dulu sebelum memutuskan punya anak.”
            So the vacation wasn’t a disaster after all. Aku lega akhirnya kamu bisa bicara terbuka dengan Hadi dan mulai membenahi persoalan kalian.”
            “Ada hikmahnya juga liburan kita tidak berjalan semestinya. Kita jadi punya waktu untuk diri sendiri dan justru itu yang lebih penting dikerjakan saat ini.”
            “Jadi liburan selanjutnya kemana? Tangkuban Perahu?”
            “Enak aja. Aku berhasil bikin Hadi guilty feeling karena liburan gagal kemarin. Bulan Februari kita mau ke Phuket seminggu pas Valentine. Itu baru liburan pantai yang hits banget, wooohooooo!” jerit Rina sambil tertawa senang.
            “Curaaaanggg, aku irii!”

BlackBerry Baru untuk Iren
Friday, March 25, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , ,

as published on Good Housekeeping Indonesia - December 2010
          
            “Van, uang belanjaku kurang nih. Kemarin kan kita banyak habis untuk pengeluaran Lebaran. Bisa kamu transfer ke aku sekitar 2 juta nggak?” tanya Iren sambil memasukkan susu dalam keranjang belanja.
            “Aduh kamu boros sekali sih, Ren. Tambahan 2 juta habis buat apa aja? THR jangan dihabiskan semua ah! Ingat lho kebutuhan Naia makin lama makin banyak. Kita harus lebih ketat dalam pengeluaran.”
            “Lah memang kamu aja yang perlu THR? Bi Yayah dan Mang Oyo kan perlu kita kasih THR, biar nanti habis Lebaran kita tetep punya pembantu dan supir. Erna juga perlu THR karena Naia sudah cocok sama dia dan aku nggak mau cari baby sitter lagi. Belum lagi biaya mudik kita ke Serang kemarin, ngasih amplop buat saudara-saudara kamu. Aku tuh nggak dapet apa-apa selain satu baju baru, sama kayak kamu dan Naia. Jadi boros yang mana maksud kamu, Van?”
            “Aku juga sudah nggak ada uang lebih lagi, Ren. Cuma cukup untuk ongkos transport sama makan siangku saja. Kamu nggak bisa nunda kepentingan yang lain? Tunggu sampai gaji bulan depan masuk lah, bisa kan?”
            “Kalau kamu nggak keberatan makan tumis buncis dan oseng pare 2 minggu ke depan sih aku nggak masalah, Van. Uang cuma cukup untuk susu dan popok Naia ya, jadi kamu jangan protes!”
            “Tega amat sih kamu, sayang. Nanti kalo aku rasanya sepet gimana dong, Iren maniskuuu….” sergah Irvan setengah loncat dari kursi kerjanya.
            “Ya kalau uangnya nggak ada aku mau bilang apa, Irvan gantengkuuuu… Ganteng tapi pahit, karena uang belanja saja nggak ada. Kamu tuh yang kurangi jatah rokokmu dong, demi kemaslahatan keluarga!” balas Iren setengah berteriak dari handphone nya.
            “Lho, kok jadi bawa-bawa uang rokokku sih? Itu kan sudah jadi variable tetap pengeluaran bulanan. Jangan dipotong dong, sayang….”
            “Sudah ah, aku malas ribut masalah uang. Ya sudah kalo nggak ada tambahan, 2 minggu ke depan kita nggak makan daging dan jajan ke luar. Tapi kamu jangan protes karena uangnya kan memang nggak ada. Nanti kamu pulang jam berapa, Van?”
            “Jam setengah delapan dari kantor. Semoga nggak terlalu macet ya. Aku masih mau main sama Naia sebelum dia bobok. Besok aku harus ke KL dan Hong Kong lagi seminggu untuk cek proyek jaringan sistem otomatisasi. ”
            “Makan di rumah?”
            “Iyya, kan kamu bilang nggak boleh makan di luar…”
            “Oke, nanti kumasakkan ikan asin dan oseng pare ya!”
            “Istri tegaaaaaa…!!!!!” jerit Irvan dengan kesal.
* * * * *
            “Iren sayaaaaang….”
            “Hmmmmh….?” jawab Iren dengan malas sambil mengunyah siomay.
            “Kita nikah sudah berapa lama ya?”
            “Pakai tanya lagi, memang kamu nggak bisa menghitung apa?”
            “Ah kamu nggak romantis deh! Tahun lalu aku cuek saja, kamu akhirnya ngambek seminggu. Sampai Naia jadi rewel karena ngambekmu pengaruh ke air susu kamu yang nggak lancar.” rungut Irvan sambil melipat korannya di meja makan.
            “Justru karena kamu tahun lalu sikapnya seperti itu, tahun ini aku nggak berharap banyak. Malas aku kalau kecewa lagi, Van!”
            “Ah kamu deh ngambeknya kok sampai setahun sih? Ya sudah, aku mau membayar semua kesalahanku tahun lalu deh. Tapi jangan ngambek lagi dong sayang…”
            “Hahaha, kamu ini kok kayak hutang aja pakai dibayar. Lunas apa nyicil nih?”
            “Kredit Tanpa Agunan. Kok jadi ngawur sih? Kamu deh, mood romantisku jadi hilang nih!”
            “Ya maaf, Irvan sayang. Jadi kamu mau membayar kekecewaanku dengan apa nih?” tanya Iren sambil menggelendot manja.
            “Dicicil boleh kan ya?”
            “Tuh kan, kamu deh!”
            “Hahaha, okay. Kita besok keluar untuk makan malam yang romantis ya. Jadi kamu harus dandan yang cantik. Setelah itu nanti aku akan kasih kejutan lain deh!”
            “Wah, benar nih? Kita sudah lama juga ya nggak makan malam di luar. Tumben kamu mendadak murah hati begini, setelah kemarin-kemarin selalu kasih alasan untuk penghematan.”
            “Ya aku kan juga harus menabung untuk surprise ini, Ren. Maaf ya kalau aku sempat agak ketat masalah pengeluaran sama kamu beberapa bulan terakhir ini. Tapi kamu pasti senang dengan apa yang aku persiapkan buat kamu.” kata Irvan sambil  memeluk Iren dari belakang.
            “Apa sih Van? Kamu kok hobi sekali bikin aku penasaran!”
            “Hehehe, untuk pancingan aku akan kasih satu kejutan untuk kamu malam ini, Ren. Ini sebuah BlackBerry Onyx putih buat kamu. Aku harap kamu suka sama kado ini ya, sayang…”
            “Aduh sayang, ini kan harganya mahal sekali. Kamu kok sampai beli ini buat aku sih? Kalaupun beli BlackBerry kan ada yang harganya lebih terjangkau untuk sekedar alat komunikasi saja.” Iren terbelalak sambil menimang kotak pemberian Irvan.
            “Aku nggak mau beli barang murah untuk isteriku tersayang, dong. Lagipula aku juga pakai BlackBerry Onyx warna hitam. Biar sepadan begitu maksudku. Aku juga mau komunikasi kita lebih lancar. Biar aku juga bisa selalu lihat foto-foto Naia langsung dari kamu. Aku nggak mau kesibukan kerjaku yang makin menggila belakangan ini menjauhkan aku dari keluargaku, dari kamu dan perkembangan Naia.”
            “Duh, kamu baik sekali deh Van. Terima kasih ya kadonya, aku suka sekali. Aku juga kadang sedih karena kamu sering kelewatan momen dalam perkembangan Naia. Sebagai ibunya memang sudah tugasku mengawasinya, sampai aku rela meninggalkan pekerjaanku untuk menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Tapi aku kadang berharap kamu bisa melihat sendiri saat Naia pertama kali panggil ‘Mama’ atau bisa jalan. Aku nggak sabar untuk bisa memakai gadget ini. Kamu ajari aku ya malam ini?”
            “Pastinya sayangku. Jadi kalau kamu mau buka Facebook dari BlackBerry caranya….”
* * * * *
            “Iren, akhirnyaaaa!!!”
            “Hey….”
            “Kamu kemana aja sih 2 hari ini? Aku benar-benar putus asa nggak bisa menghubungi kamu selama ini, tahu??!”
            “Aku minta maaf, kemarin aku sibuk sekali karena Irvan mendadak menghujaniku dengan kejutan ulang tahun perkawinan kami. Tidak hanya sebuket bunga mawar dan makan malam, tapi juga BlackBerry baru.”
            “Wow, kok dia mendadak begitu sayang sama kamu?”
            “Sebelumnya dia juga selalu sayang padaku, San.” Iren berkata lirih sambil menggigit bibirnya.
            “Tapi kamu nggak bahagia dengan perkawinanmu. Kamu merasa terkungkung di rumah kan, berkutat dengan urusan domestik. Lalu semuanya berubah saat dia memberi kamu kado BlackBerry, begitu?”
            “Aku bukan nggak bahagia. Aku cuma jenuh dan aku harap kamu nggak memutar balikkan fakta itu.”
            “Aku merasa Irvan merenggut kamu dariku dengan memaksa kamu berhenti kerja. Aku nggak bisa lagi ketemu kamu setiap hari, menghabiskan 8 jam bersama kamu.”
            “Itu pilihanku juga, Ikhsan. Aku ingin langsung membesarkan Naia. Dan kamu tahu aku akan selalu memilih Irvan dan Naia ketimbang kita. Ingat, kita sudah berjanji tak mau menerabas batas itu, bukan?”
            “Ya, aku tahu aku bukan dan tidak pernah jadi prioritas di dalam hidupmu, Iren. Sampai kapanpun penantianku akan sia-sia kan? Jadi, berapa nomer PIN BlackBerry mu? Sini aku add!”
* * * * *

Crazy about Cheese
Thursday, March 24, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published on Bank Bukopin Magazine - October 2010

Legit, asin dan sedap! Mungkin itulah komentar kita jika ditanya tentang rasa keju. Makanan ini makin sering ditemukan dalam penganan kita, baik dimakan begitu saja maupun sebagai bahan pelengkap dalam hidangan kita. Tapi seberapa jauh kita mengenal keju dan seluk beluknya? Inilah kisah seputar keju!
Siapa sih yang belum pernah mencicipi keju? Dulu mungkin makanan ini termasuk jenis makanan elit jaman Belanda, sampai ada lagu ‘Singkong dan Keju’ yang populer menggambarkan perbedaan kelas di masyarakat kita. Namun sejalan dengan waktu, keju menjadi makanan yang biasa kita dapatkan dalam hidangan sehari-hari. Sebut saja kaastengels, martabak manis atau makaroni panggang yang memakai keju sebagai salah satu bahan makanannya. Selain itu keju juga bisa dinikmati dalam bentuk potongan dengan roti, buah maupun anggur tertentu sesuai dengan teksturnya.
Kisah Keju, Legenda Ribuan Tahun
Kata ‘keju’ atau ‘cheese’ sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu ‘caseus/casein’ yang berarti ‘menjadi berjamur dan asam’. Karena itu, keju dikenal sebagai ‘cheese’ (Inggris), ‘kaas’ (Belanda) maupun ‘käse’ (Jerman) sebagai turunan bahasa Latin tersebut. Sedangkan nama ‘fromage’ (Prancis) dan ‘formaggio’ (Italia), merupakan turunan bahasa Romawi dari ‘formaticum/caseus formatus’ yang artinya ‘dibentuk’. Ini karena bangsa Romawi mulai membuat keju jenis keras untuk perbekalan pasukannya.
Konon keju ditemukan pada zaman prasejarah saat manusia mulai beternak kambing, domba dan sapi. Susu perahan ternak mereka simpan dalam bejana. Tapi karena kurang higienis, terkena panas matahari atau api maka susu tersebut menjadi asam dan kental. Susu tersebut ternyata masih dapat dikonsumsi sebagai keju krim asam dan yoghurt. Baru sekitar tahun 8000-3000 SM, keju pertama ditemukan di Timur Tengah atau oleh bangsa nomaden Turki di Asia Tengah. Saat itu mereka menggunakan kulit dan perut binatang untuk menyimpan susu kala mengembara. Enzim rennet yang terkandung dalam alat penyimpanan yang terbuat dari binatang tersebut rupanya adalah faktor utama pembuat keju. Ditambah cuaca yang panas dan guncangan saat menunggang kuda, susu yang mereka bawa berubah menjadi gumpalan susu atau dadih. Sejak itulah manusia mulai menggunakan rennet dari perut binatang untuk membuat keju. Getah daun atau ranting pohon ara juga bisa digunakan untuk pengganti rennet  untuk membuat keju tradisional.
Dasar proses pembuatan keju sebenarnya adalah menekan dan menggarami dadih agar dapat disimpan lebih lama. Cara tersebut ditemukan pada sebuah mural makam Mesir yang diperkirakan terbuat pada tahun 2000 SM. Bentuk keju yang dihasilkan saat itu adalah keju lunak bercita rasa asam asin, seperti keju Feta asal Yunani. Dalam mitos Yunani Kuno, keju susu kambing adalah komoditas yang penting di Yunani. Selain dipercaya sebagai obat kuat untuk tentara perang dan pembangkit gairah seksual, keju pun diyakini mampu menyembuhkan radang dan dipersembahkan bagi para dewa.
Bangsa Romawi lalu mengembangkan ragam jenis keju yang kita kenal kini. Proses pematangan dan penyimpanan keju yang berbeda, ternyata menghasilkan citarasa dan karakter keju yang bervariasi. Seni pembuatan keju ditemukan saat Romawi menaklukkan Galia. Kastil maupun rumah mewah di wilayah yang terletak antara Inggris dan Prancis, pada jaman itu memiliki ‘caseale’, suatu area khusus dimana keju bisa dimatangkan. Teknik pembuatan dengan memasukkan dadih ke dalam ‘formage’ atau silinder kayu merupakan asal mula dari kata keju dalam bahasa Perancis dan Italia, fromage dan formaggio.Teknik tersebut berkembang pesat terutama di Eropa dan negara jajahan Romawi. Pada masa pemerintahan Charles yang Agung, resep dan teknik pembuatan keju maupun variasinya banyak ditulis oleh biarawan/biarawati untuk menghindari kelaparan di musim dingin saat susu sulit didapat. Beberapa cara pembuatan keju yang ditemukan adalah Cheddar (1500 M), Parmesan (1597), Gouda (1697) dan Camembert (1791).
Pesatnya pertumbuhan produksi keju di Eropa mempengaruhi kemajuan teknik pembuatan keju hingga kini. Proses pematangan keju dengan bakteri mikroorganisme ditemukan di abad 19 oleh Ferdinand Cohn. Setelah itu, berbagai perusahaan kecil maupun peternakan mulai memproduksi keju mereka sendiri. Pabrik pertama yang memproduksi keju beroperasi di Swiss tahun 1815. Namun negara yang pertama kali sukses memproduksi keju dalam skala besar adalah Amerika Serikat. Pada tahun 1851, Jesse Williams, peternak asal Rome, New York, membuat keju pabrikan menggunakan susu perah dari peternakan setempat. Pada masa Perang Dunia II, keju pabrik semakin populer dan pabrik menjadi sumber penghasil keju terbesar di Amerika dan Eropa.
Lima Tahapan Pembuatan Keju
Ragam keju yang sangat variatif, ditentukan oleh jenis susu, bakteri atau jamur yang dipakai, lama fermentasi maupun penyimpanan/pematangan keju. Faktor lain yang juga mempengaruhi cita rasa keju adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak penghasil susu dan proses pemanasan susu. Walaupun rasa dan jenisnya berbeda-beda, keju umumnyan dibuat dengan 5 tahapan utama.
Tahap pertama yaitu pengasaman susu. Tujuannya agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus dan Lactobacillus, dapat tumbuh dengan mendiamkan susu dalam suatu wadah. Bakteri tersebut akan memakan laktosa susu dan merubahnya menjadi asam laktat sehingga zat padat dalam susu (protein kasein, lemak, vitamin dan mineral) bisa menggumpal menjadi dadih.
Selanjutnya di tahap pengentalan, rennet ditambahkan dalam susu yang dipanaskan. Protein akan membuat susu menggumpal dan terbagi atas bagian cair (air dadih) dan padat (dadih). Setelah dipisahkan, air dadih dapat dipakai membuat keju jenis Ricotta atau dibuang saja. Dadih dihancurkan menjadi butiran dengan alat berbentuk mirip kecapi. Makin halus dadihnya, makin banyak air dadih yang tersaring dan nantinya keju yang dihasilkan akan lebih keras. Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhu juga penting bagi tingkat kepadatan keju. Proses ini memakan waktu 10 menit hingga 2 jam, tergantung banyak dan suhu susu tersebut. Setelah pemberian rennet, dadih diproses sesuai ragam keju. Dadih mulai dapat dicetak untuk membuat beberapa  macam keju lunak. Sedangkan untuk keju jenis lain, dadih biasanya diiris dan dicincang dengan tangan atau mesin untuk memerah lebih banyak air dadih agar keju yang dihasilkan semakin padat.
Setelah mencapai ukuran yang diinginkan, dadih dipisahkan dan tahap pencetakan bisa dimulai. Untuk keju berukuran kecil, dadih dipisahkan dengan sendok dan dituang dalam cetakan. Sedangkan bagi keju yang ukurannya lebih besar, dadih diangkat dari tangki memakai kain, dikeringkan dahulu lalu ditekan untuk dibentuk atau diiris. Keju harus ditekan sesuai dengan tingkat kepadatan yang diinginkan. Penekanan dadih jarang dilakukan bagi keju lunak karena berat dari keju tersebut sudah cukup untuk melepaskan air dadih. Begitu pula halnya dengan keju iris, tujuannya agar keju cukup lunak untuk diiris dan berat keju menentukan tingkat kepadatan yang diinginkan. Sebagian besar keju melewati proses penekanan dengan waktu dan intensitas penekanan berbeda-beda.
Pada tahap pengasinan, penambahan garam dilakukan sehabis keju dibentuk agar keju tidak terasa tawar. Garam dapat ditambahkan langsung ke dalam dadih sambil diaduk. Cara yang lain adalah dengan menggosokkan atau menaburkan garam pada bagian luar keju, sehingga terbentuk kulit untuk melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu cepat. Bagi keju berukuran besar, pengasinan dilakukan dengan merendam dalam air garam hingga berjam-jam bahkan berhari-hari. Keju juga dapat diasinkan dengan mencuci bagian permukaan keju menggunakan larutan garam. Proses pengasinan bertujuan untuk memberikan rasa, membantu menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak kering serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki proses pematangan.
Proses terakhir yaitu pematangan, akan mengubah dadih segar menjadi keju dengan bermacam cita rasa. Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur tertentu yang ditambahkan pada proses produksi, dan karakter akhir suatu keju sangat ditentukan dari jenis pematangannya. Selama proses pematangan, keju dijaga pada temperatur dan tingkat kelembaban tertentu sampai siap dikonsumsi. Lama pematangan bervariasi dari beberapa minggu untuk keju lunak hingga beberapa hari untuk keju keras. Ada berbagai teknik sebelum pematangan yang bisa dilakukan untuk menentukan tekstur dan rasa akhir keju. Stretching dilakukan dengan mengusung dan mengadon dadih dalam air panas agar menghasilkan tekstur yang berserabut, seperti keju Mozzarella dan Provolone. Cheddaring adalah dengan cara memotong dadih, ditumpuk untuk menghilangkan kelembaban lalu digiling untuk waktu yang cukup lama agar menghasilkan keju Cheddar atau keju khas Inggris lainnya. Washing merupakan teknik pencucian dadih dalam air hangat untuk menurunkan tingkat keasaman dan membuat keju rasanya lebih lembut seperti keju Edam, Gouda, dan Colby. Burning dilakukan pada beberapa keju keras dengan memanaskan dadih hingga suhu 35-56 °C agar butiran dadih kehilangan air dan keju bertekstur lebih keras misalnya untuk keju Emmental, Appenzeller dan Gruyère.


Ragam Keju Dunia yang Tiada Terkira
Hampir setiap negara di Eropa mempunyai keju khasnya sendiri-sendiri. Diperkirakan terdapat 4000 jenis keju di dunia. British Cheese Board mengaku Inggris memiliki 700 varian lokal, sedangkan Prancis dan Italia masing-masing mempunyai sekitar 400 jenis keju. Jenis keju biasanya dibagi sesuai usia: muda (lembut, segar), sedang, dan tua (keras). Keju yang berjenis muda misalnya Brie, Camembert atau Gaperon. Sedangkan untuk jenis keras antaranya adalah Ementhal, Edam, Gouda dan Cheddar. Jenis keju juga perlu diperhatikan agar cocok disandingkan dengan minuman yang sesuai maupun sebagai campuran dalam bahan makanan tertentu.
Brie adalah keju lembut asal Prancis berkulit putih dengan memiliki pigmen kemerahan. Dibuat dari susu sapi yang dipasteurisasi, keju lunak ini sangat sedap dinikmati dengan anggur merah seperti Bordeaux dan Côtes du Rhône. Jika telah matang betul, bagian dalamnya menyerupai krim dengan aromanya tajam.
Keju Prancis lain yang juga terkenal adalah Camembert. Teksturnya lembut dengan kandungan lemak antara 45 sampai 50 persen. Terbuat dari susu sapi mentah, kulitnya juga putih dan berbentuk krim. Keju ini nikmat untuk dioles diatas crackers dan dinikmati dengan anggur merah ringan seperti Beajolais
Nama keju Cheddar tentu tak asing lagi bagi anda karena jenis ini paling populer baik di Indonesia maupun di dunia. Keju asal Inggris ini biasanya dipakai untuk campuran hampir segala jenis penganan panggang yang anda kenal; martabak manis, burger keju atau pisang bakar keju. Jika masih muda, aroma keju ini cukup lembut dan berwarna pucat. Namun setelah tua, warnanya lebih kuning dan aromanya pun lebih tajam. Dibuat dari susu sapi yang dipasteurisasi, keju ini nikmat diminum dengan susu maupun anggur Burgundy putih.
Edam juga merupakan keju Belanda yang populer di Indonesia. Keju jenis keras ini biasa anda lihat dalam kemasan lilin di supermarket. Teksturnya elastis dengan aroma cukup tajam, dari susu sapi yang dipasteurisasi. Digunakan untuk membuat kaastengel, makaroni, atau penganan lain yang membutuhkan keharuman keju. Keju irisnya cocok untuk dinikmati dengan bir Pilsener.
Jika anda melihat keju raksasa, sangat mungkin keju itu adalah Emmenthal asal Swiss. Keju jenis keras dari susu sapi mentah ini biasa dibuat dalam ukuran besar, sampai seberat 80 kilogram. Termasuk jenis keju yang dimasak dalam penganan khas Alpen yaitu fondue. Dengan dididihkan dalam panci agar keju selalu cair, anda bisa mencelupkan roti yang ditusuk dengan garpu panjang dalam keju leleh dan dinikmati dengan anggur Burgundy merah. Karena jenis fermentasinya, keju ini memiliki lubang-lubang agak besar.
Feta adalah keju khas Yunani yang bentuknya kubus kecil. Dibuat dari susu kambing atau domba, keju lunak ini biasanya diberi campuran herba dan cocok untuk campuran selada segar dan tomat cherry maupun makanan pembuka. Cocok disandingkan dengan anggur putih seperti Roditis.
Keju yang terkenal dari Italia adalah Mozarella. Rasanya lembut dan biasanya dibuat dari susu sapi, tetapi aslinya dari susu kerbau yang konon lebih lezat. Keju ini di Indonesia sering digunakan untuk membuat pizza. Padahal banyak penganan menjadi lezat bila menggunakan keju ini, asalkan disuguhi hangat-hangat. Nikmati dengan segelas Pinot Gringgo, Mozarella akan mengaret ketika panas dan membuat makanan tadi semakin menggiurkan.
Anda biasanya menemukan Parmesan parut pada restoran Italia untuk topping hidangan anda. Termasuk jenis keju yang keras dengan aroma tajam, dari susu sapi yang dipasteurisasi. Karena itu kadang pemakaiannya dikombinasikan dengan Mozarella. Keju parmesan muda sering dijadikan keju meja untuk taburan pasta, namun juga lezat dibuat kue kering bercita rasa asin karena aromanya yang tajam tadi.
Pecorino Romano adalah salah satu keju terlezat asal Italia. Dibuat dari susu domba segar, keju keras ini biasa dihidangkan sebagai makanan pembuka khas dengan Parma ham, selada dan kacang pinus. Aromanya yang kuat dan creamy, amat sedap dipasangkan dengan Chianti Classico.
Untuk hidangan penutup, keju Ricota dari Italia yang lembut ini dapat menjadi pilihan. Dibuat dari sapi atau domba, keju ini juga sering menjadi campuran es krim selain dinikmati dengan strawberry atau blueberry segar. Sandingkan dengan anggur dessert berempah seperti Marsala maupun Asti.
Bagi penggemar tiramisu pasti tak asing dengan keju Mascarpone yang bentuknya cair dan lembut. Cake khas Italia ini terdiri atas susunan biskuit lady finger, cream cheese, keju Mascarpone dan taburan bubuk cokelat. Dibuat dari dari susu sapi yang dipasteurisasi, keju krim yang gurih dan manis ini paling pas dinikmati dengan Prosecco yang bubbly.
Budidaya keju di Asia Barat ditemukan pada masyarakat India dan Nepal. Sedangkan di Asia Timur/Tenggara, mungkin karena iklim tropik yang kurang memungkinkan, keju lokal hampir tak tidak dikenal keberadaannya kecuali di Jepang dan Filipina. Jepang memiliki keju Tenshi dan Sakura dengan berbahan dasar susu sapi yang diberi perasa dari daun cherry gunung. Filipina memiliki sejenis keju lembut bernama Kesong Puti, sejenis cottage cheese yang dibuat dari susu kerbau. Indonesia pun memiliki keju khas asal Entekkang bernama Dangke, terbuat dari susu kerbau yang diolah dengan papain dan bertekstur seperti tahu.
Saat ini keju yang populer dikenal di Indonesia jenisnya terbatas dibandingkan negara lain seperti Eropa, Australia maupun Amerika. Masyarakat Indonesia lebih banyak mengenal jenis keju olahan berjenis Cheddar dan baru belakangan mulai menggunakan jenis lain seperti Parmesan, Mozarella, Edam atau Gouda. Apapun keju yang Anda pilih, perhatikan tanggal kadaluwarsanya. Keju yang melewati waktu batas pemakaian, rasa dan baunya tengik serta dapat mengganggu kesehatan bila tetap dimakan. Setelah dibuka, keju sebaiknya disimpan dalam wadah kedap udara agar tak kering, di dalam lemari pendingin. Sebelum dimakan, lebih baik dikeluarkan dulu dari lemari pendingin satu jam sebelumnya.
BOX
Punyakah Kita Keju Khas Indonesia?
Teknik pembuatan keju kurang berkembang di Asia Tenggara, mungkin akibat iklim tropisnya yang membuat budaya mengkonsumsi keju kurang berkembang. Namun bukan berarti Indonesia tak punya keju khas. Pernahkah anda mendengar tentang Dangke? Makanan tradisional asal Enrekang, Sulawesi Selatan ini bisa dibilang keju khas Indonesia. Pembuatannya diolah dengan tradisional, terbuat dari fermentasi susu kerbau campuran yang direbus dengan garam dan sedikit getah buah pepaya. Rebusan tersebut disaring, dibuang airnya dan dicetak sesuai bentuk yang diinginkan.
Dangke memiliki tekstur seperti tahu dan memiliki rasa yang mirip dengan keju. Enzim papain ini diperoleh dengan cara menggores pepaya muda sehingga getahnya keluar. Setelah susu menggumpal, pemberian getah pepaya dihentikan agar rasa Dangke tidak berubah menjadi pahit. Usai dimasak, adonan susu siap dicetak dalam tempurung kelapa yang dibelah menjadi dua bagian. Jika telah membeku, Dangke bisa langsung dimakan dengan cara diiris seperti keju lembaran. Rasanya gurih dengan warna putih kekuningan. Dangke juga bisa dipanggang maupun digoreng. Aromanya khas dan mengingatkan kita pada keju Parmesan.
Enrekang dikenal sebagai sentra penghasil susu sapi segar terbesar di luar Pulau Jawa. Tak kurang dari 3.600 liter susu diproduksi setiap hari dari populasi sapi perah sebesar 1.500 ekor. Bekerjasama dengan Senior Experten Service (SES) Jerman, tenaga ahli didatangkan khusus untuk membimbing petugas Dinas Peternakan, Dinas Perindustrian dan para peternak sapi perah. Mereka mengenalkan teknik mengolah susu secara higenis agar tidak mengurangi kandungan gizi susu dan pengembangan produk susu, seperti new Dangke (proses pembuatan Dangke yang lebih modern), keju putih, Feta serta yoghurt.
Selain Enrekang, beberapa sentra peternakan sapi di Indonesia juga mencoba untuk memproduksi keju disamping produk yang lebih dahulu populer seperti susu, yoghurt, permen karamel dan es krim. Kabupaten Boyolali di Jawa Tengah juga mengembangkan industri pengolahan keju untuk menyerap produksi susu peternak lokal. Koperasi keju didirikan oleh masyarakat setempat dan mendapat bantuan tenaga ahli dari lembaga donor milik pemerintah Jerman, Deutscher Entwicklungsdienst (DED). Koperasi tersebut dalam sehari dapat mengolah 500 liter susu segar menjadi 50 kilogram keju murni jenis Mozarella, Feta, dan Mountain.
Indonesia juga memiliki pabrik keju lokal di Sukabumi, Jawa Barat. Pabrik keju ‘Natura ala Gouda’ yang dikelola oleh Bukit Baros Cempaka (BBC) juga menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung yang ingin melihat proses pembuatan keju di Pabrik Keju Natura ala Gouda yang dikelola BBC. Gouda yang dipakai sebagai salah satu trademark adalah sebuah kota di Belanda, adalah tempat ahli keju yang melatih di BBC berasal. Mereka menggunakan susu sapi black and white yang diimpor dari Belanda karena bisa beradaptasi di alam Indonesia.
Pabrik Natura Ala Gouda tergolong kecil dan hanya dijalankan 11 karyawan dari desa setempat, jadi jangan bayangkan pabrik keju yang luas atau menjulang tinggi. Proses pasteurisasi, pencetakan sampai perendaman dalam air garam dilakukan dalam satu ruangan. Sedangkan untuk pembuatan keju naturella dan proses fermentasinya dilakukan di ruangan lain. Di pabrik ini, pengunjung bisa menyaksikan proses pembuatan keju. Susu sapi dipasteurisasi dalam suhu 65° C. Kemudian diberi bahan penggumpal, diaduk rata, dan dibiarkan selama 30 menit untuk mengeluarkan air dari gumpalan. Air dadih produk sampingan tersebut digunakan untuk membuat mentega. Sedangkan dadihnya setelah berbentuk padat akan diiris dan dicetak. Setelah itu, keju setengah jadi tersebut lalu direndam dalam air garam dan ditiriskan untuk proses pematangan selama 2-4 bulan. Selama proses tersebut, adonan keju dicek setiap saat untuk menghindari terjadinya pembusukan. Pengunjung dapat mencicipi keju muda setelah melalui proses pengeraman selama 2 bulan.