ZoukOut '05
Wednesday, June 29, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published on Spice! Magazine - January 2006

Event ini sudah diselenggarakan selama 3 tahun berturut-turut dan masih menjadi magnet bagi clubbers mancanegara. ZoukOut '05 adalah event paling happening buat para party-goers di Asia Tenggara yang pantang untuk dilewatkan. It's not just a hip scene to party, it's also an event to see and be seen.

Mengambil lokasi di Siloso Beach, Singapore, ZoukOut '05  hadir dengan empat stage yang menjadi arena kepiawaian para DJ -internasional maupun lokal- dan musisi rock setempat Tahun ini ZoukOut '05 dipadati tak kurang 30,000 pengunjung yang asyik menikmati dentuman musik dansa dengan  Armin van Buuren, Nick Warren, Sven Vath, Chus & Cheballos serta Lil Louis Vega di belakang DJ booth panggung utama. Resident DJ Zouk Club seperti Aldrin, Tony Tay, Sonny dan Jeremy Boon turut menggoyang dua stage lainnya. Tidak mau kalah dengan dancing-scene, satu panggung khusus live rock diperuntukkan bagi band lokal seperti Electrico, Ronin, Concave Scream dan Tiramisu.
Kenyamanan pengunjung ZoukOut'05 didukung oleh fasilitas seperti booth tattoo, swinging trampolines dan tenda shisha selain gerai makanan dan minuman. Beberapa hampers dan tempat duduk disediakan bagi mereka yang perlu beristirahat. Mata juga dimanjakan oleh para pengunjung pemakai bikini, boxer maupun kostum pantai yang hip and sexy. Siapapun pastinya terhibur menikmati good music bersound system kelas dunia di pantai berpasir putih dan crowds yang oke punya.

Dengan tiket seharga $28-48, ZoukOut'05 wajib dihadiri mereka yang sanggup berpesta dari jam 8 sore hingga pukul 8 pagi. Bahkan party-goers dari Indonesia pun tak kalah banyaknya. Beberapa memutuskan untuk check-in di Shangri-La Rasa Sentosa, cukup 3 menit berjalan dari venue. Bagi yang datang tidak menginap di Pulau Sentosa, panitia menyediakan transportasi berupa coach bus gratis pulang pergi dari Harbour Front MRT. Dengan kemudahan seperti ini, sukar menolak godaan untuk tidak datang di cara keluar malam tahunan ini. Really honey, it's a time to loosen up, wear your tankini, zip your martini and get wild till dawn!


Zouk
Alamat : 17 Jiak Kim Street, Singapore 169420
Club : Zouk, Phuture, Velvet Underground, Wine Bar
Website : http://www.zoukclub.com/


Dinosaur Jr - part of Mozaic Music Festival spread
by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published onTrax Magazine - April 2011
Dinosaur Jr., trio punk legendaris asal Amherst, Amerika, adalah salah satu grup yang kehadirannya dinanti oleh publik Singapura. Bertempat di Esplanade Theatre Hall, konser yang mereka sajikan pada tanggal 16 Maret dihadiri sektar 700 pengunjung, yang kebanyakan berusia 30an. Tidak banyak memang dibandingkan dengan Kings of Convenience, tapi para fans hardcore J Mascis, Lou Barlow dan Murph. sangat antusias dengan pertunjukan yang disajikan. Hanya dengan beberapa petikan gitar Mascis, sebagian besar penonton merangsek ke bibir panggung. Pertunjukan yang sedianya adalah seating berubah menjadi stand up concert, sebuah kejadian yang tidak lazim di Singapura apalagi di Esplanade. Jika tidak dicegah oleh keamanan, yakinlah venue formal dan megah ini akan berubah menjadi mosh pit dan ajang slam dance karena 2 orang yang mencobanya segera ditarik oleh bouncer Dinosaur Jr.
Dibuka dengan Thumb-Been There-Imagination Blind , konser dimulai tepat jam 8.15 malam. Audience dimanjakan dengan lick heavy distortion gitar khas Mascis, yang malam itu sepertinya sibuk dengan tuning-retuning Fender Jazzmaster sunburst-nya untuk mendapatkan sound yang sempurna. Walaupun tidak terlalu akrab dengan audience (dengan komentar singkat 'Who is that guy?' saat seorang pemuda Melayu gondrong memanjat ke atas panggung), Mascis berhasil membuat penonton terpana dengan suara beratnya yang mirip Adam Durwitz dari Counting Crows. Tidak hanya itu, Murph pun sibuk mondar mandir ke balik panggung karena setelan drumnya yang kurang pas diawal 5 lagu. Agaknya Lou Barlow saja yang ramah berinteraksi dengan penonton, mulai dari pertengahan pertunjukan. Suaranya yang lebih harmonius mengimbangi Mascis walaupun caranya memainkan bass lebih seperti sedang memainkan gitar. Barlow tampil memikat dan charming, walaupun terlihat tensius dengan Mascis di panggung.
Setelah digoda dengan Get Me-Pieces-Plans, akhirnya penonton dihentak dengan Feel The Pain yang membuat Theater Esplanade hampir meledak. Sementara pembawaan Dinosaur Jr. begitu kalem dan tenang secara keseluruhan, tidak mengurangi kualitas speed metal sound yang mereka hasilkan. Mascis yang gayanya mirip Gandalf si penyihir, begitu fokus memainkan solo-part nya yang agresif tanpa banyak basa-basi. Selain itu mereka juga memainkan Over It-Back to Heart- Raisins-Freak Scene dan Forget The Swan. Sebagian besar lagu yang mereka mainkan memang dari album 'Farm' yang dirilis tahun 2009 oleh Jagjaguwar, sebuah indie label asal Bloomington, Indiana. Album terakhir ini versi Eropa nya sempat ditarik karena terlalu kuat 3 desibel. Mungkin ini pula mengapa para pengunjung diberikan ear-buffer sebelum konser dimulai, ritual yang juga terjadi pada pertunjukan Mogwai tahun 2007.
Barlow sempat menawarkan beberapa lagu untuk encore, namun tetap memainkan Budge dan Just Like Heaven, versi cover dari The Cure yang lebih cadas. Pertunjukan dengan durasi satu setengah jam tersebut ditutup dengan sesi autograph setelah konser, sebuah keniscayaan bagi band yang tampil di Mosaic.

The Lion King : A Heartwarming Musical
Tuesday, June 28, 2011 by Detta Paramaditha in Labels: , , , ,

as published on Good Housekeeping Indonesia - July 2011
“in the jungle the mighty jungle, the lion sleeps tonight…”

            Lagu jenaka tersebut pasti tak asing lagi bagi anda dan anak-anak anda. The Lion King salah satu produksi terfavorit Disney karena memiliki kisah yang lucu, mengharukan sekaligus sarat nilai moral. Kini, anda dapat menyaksikan pertunjukkan musikalnya di panggung teater Marina Bay Sands selama 2 bulan ini. Diangkat dari sebuah film kartun klasik yang dirilis tahun 1994, The Lion King mulai dipentaskan di panggung Broadway tahun 1997.
            Di panggung pementasan dunia, The Lion King tak kalah dahsyat karena memenangkan Tony Awards tahun 1998 dan Grammy Award untuk Album Musikal Terbaik tahun 1999. The Lion King sudah dimainkan di 70 negara dan dialihbahasakan dalam bahasa Jerman, Jepang, PeranGHs, Belanda dan Korea. Untuk showcase di Singapura, para pemain sudah berlatih sejak January 2011 untuk pementasan dari Maret 2011- May 2011. Berbekal pemain teater multinasional yang berasal dari Afrika Selatan, Amerika, Selandia Baru, Filipina, Taiwan, Kanada, Brazil dan beberapa negara Eropa, The Lion King bertekad untuk menghadirkan pertunjukan kelas dunia bagi para penontonnya.
            Dibuka dengan aksi ekstravagansa dari penari-penari dengan kostum binatang belantara Afrika yang berhamburan dari selasar teater, The Lion King berhasil menyuguhkan aksi yang teatrikal, kolosal dengan kostum modern kontemporer. 13 penyanyi dan 2 set perkusi memperkuat pertunjukan ini. Bunyi-bunyian bongo, konga, berimbau dan timpani makin memperkaya sisi musiknya.
             Kostum khusus  dan  topeng yang desainnya mengikuti alur badan para pemain, membuat mimik tokoh singa, lemur, serigala dan babi hutan dalam kisah ini makin hidup. Dialognya pun sangat jenaka dengan memasukkan sedikit unsur lokal seperti dialek Hokkian atau India. Anak-anak anda pasti juga terhibur karena selain ceritanya yang indah, penyampaiannya pun menyenangkan dan pesan moral yang diberikan cukup mudah untuk dicerna.            
             Pertunjukan ini berlangsung selama 3 jam dengan waktu reses 20 menit. Sampai saat ini, The Lion King adalah pertunjukan musikal dengan penayangan terlama di Singapura. Rata-rata pertunjukan musikal hanya berlangsung selama 2-4 minggu, sedangkan The Lion King berlangsung sejak Maret – Mei 2011, dengan rencana perpanjangan tayang hingga Agustus.
             Untuk menyaksikan The Lion King, anda dapat memesannya dari Sistic Ticketing (www.sistic.com.sg) atau Marina Bay Sands (http://thelionking.com.sg/buy-tickets/) untuk membeli tiket pertunjukan maupun paket menginap di hotel bernuansa resort terbaik di Singapura ini. Harga karcis pertunjukan berkisar dari  65-245 SGD dan dimainkan dari Selasa hingga Minggu sebanyak 8 kali (Selasa – Minggu jam 8 malam, extra show pada Sabtu & Minggu jam 2 siang). Jangan lewatkan sajian musikal yang tak hanya sangat menghibur bagi seluruh keluarga anda, tapi juga sarat dengan edukasi.

Box Interview
Jonathan Hume & Puleng March : Simba & Nala
Pemeran Simba (Jonathan Hume) dan Nala (Puleng March) kelihatan sangat antusias dengan produksi pertama mereka di Asia. Keduanya sudah 2 kali terlibat dalam pertunjukan The Lion King namun inilah kali pertama mereka menjadi leading role. Jonathan, pria berkebangsaan Inggris, dan Puleng, wanita berkebangsaan Afrika Selatan berkenan membagi kisah mereka dengan Good Housekeeping dalam wawancara 30 menit.
               Good Housekeeping (GH): bagaimana kalian diaudisi dan mendalami peran ini?

Jonathan Hume (JH): proses audisi berlangsung setahun sebelum produksi. Saya pernah terlibat pementasan The Lion King di London tahun 2001. Tapi produksi kali ini berbeda dan sutradara panggung kami, John Stefaniuk, menginginkan kami start fresh, sehingga peran Simba saya pelajari ulang tanpa terpengaruh pementasan sebelumnya.
Puleng March (PM):  saya juga pernah terlibat dalam produksi The Lion King di Afrika Selatan pada tahun 2008. Produksi The Lion King di setiap negara memiliki standard tertentu, namun tiap-tiap darinya begitu unik. Saya belajar banyak dari dokumenter singa, bahkan kami juga belajar dari penari Bali yang didatangkan untuk lebih menggali bahasa tubuh orang Asia.

GH: senangkah anda berada di Asia?

JH: sangat senang, bahkan kalau bisa saya ingin mengajak seluruh teman dan keluarga tinggal di sini. Kami sudah di sini sejak Januari dan minimal akan tinggal di sini hingga Agustus. Saya suka karena bisa pakai kaus dan celana pendek kapan saja.
PM: ini adalah kunjungan pertama saya di Singapura dan saya terkesan dengan keramahan Asia. Saya agak pemilih dalam makanan, tapi saya dimanjakan dengan berbagai pilihan makanan lokal di sini. Jika ada waktu, saya ingin berkeliling Asia Tenggara.

GH: apa yang membuat pertunjukan ini beda dengan filmnya?

JH: pertunjukan musikal ini saya rasa lebih visual dimana para penonton diajak untuk terlibat. Kami ingin membuat penonton merasakan ‘The Lion King’ experience, dimana kami membawa mereka ke dimensi lain. Ceritanya mungkin sama, tapi feel nya tetap berbeda.
PM: bahkan dari sisi cerita, pertunjukan ini memberikan extended-version. Tokoh Nala lebih diperdalam, begitupula background ceritanya. Lagu-lagu nya pun mempunyai versi yang sedikit beda dari kartun dengan track yang lebih banyak.

GH: bagaimana anda menyampaikan pesan moral untuk penonton anda yang berusia muda?

JH: walaupun kami memainkan pertunjukan matinee pada akhir minggu, kami tidak merubah apapun dalam format acara. The Lion King tetaplah The Lion King dan kami tidak membuat penyesuaian apapun untuk penonton anak-anak. Tapi justru karena The Lion King sendiri merupakan pertunjukan yang sifatnya universal dan bisa dinikmati bagi seluruh usia, baik tua maupun muda.
PM: pertunjukan ini sebenarnya sudah kaya secara visual, dimana sangat menarik bagi anak-anak untuk terus memperhatikan. Dialog dalam pertunjukan ini juga cukup ringan, lucu dan mudah dicerna sehingga apa yang kami sampaikan dapat ditangkap dengan mudah bagi audiens kami. Respons dari penonton terhadap kami, baik saat pertunjukan maupun sesudahnya sangat fantastis. Kami baru sebulan manggung, tapi sudah banyak yang menonton pertunjukan ini 2-3 kali karena mereka tak keberatan untuk menonton lagi dengan anggota keluarga atau teman yang berbeda.

GH: harapan anda tentang pertunjukan ini?

JH: kami ingin masyarakat tak hanya terhibur tapi juga bisa menginspirasi produksi musikal lokal. Rasanya bangga saat kami dikunjungi LaSalle Design School dan bisa berbagi tentang proses produksi dari pementasan ini.
PM: kami juga ingin menginspirasi audiens kami yang datang  dari umur yang berbeda-beda, terutama untuk anak-anak. Saya masih ingat ketika saya kecil dan menonton pertunjukan musikal untuk pertama kali, saya sangat terkesan dan bisa menyanyi berhari-hari setelahnya.